Tuesday 30th April 2024,

Kiai Said: Moderasi Islam di NU Bukan Liberal

Kiai Said: Moderasi Islam di NU Bukan Liberal
Share it

ASWAJADEWATA.COM | JAKARTA

NU dulu, sekarang, dan seterusnya akan tetap mempunyai semangat perjuangan yang tidak pernah padam dalam membela atau memperjuangkan, mengembangkan dan memperkuat paham Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, Islam moderat yang toleran. Karena hanya dengan inilah kita dapat mempertahankan eksistensi Islam di Nusantara yang diapit oleh dua negara besar yaitu Tiongkok dan Australia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj saat tampil di acara NUDiRosi Kompas TV (30/1).

Selain itu, dalam acara bertajuk “94 tahun NU-Politik, Guyon, dan sarung” malam itu, Kiai asal Cirebon tersebut juga menjelaskan bahwa moderasi Islam adalah prinsip Al Qur’an.

“Dalam Al Qur’an tidak ada terminologi umat Islam, negara Islam, apalagi khilafah Islamiyah, ndak ada itu… yang ada itu umatan wasathon,” tegas Kiai Said.

Kemudian Kiai Said mengutip ayat Al Qur’an dalam surat Al Baqaroh ayat 143:

 

 

 

 

 

Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil (moderat) dan pilihan, agar kamu menjadi saksi (dan berperan) atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu,…

Soal tudingan sebagian orang bahwa moderasi Islam yang diusung NU dianggap sebagai sikap liberal saat ditanya oleh Rosi Silalahi selaku host di acara itu, Kiai Said tegas menolak. Menurutnya moderat bukan liberal dan bukan juga sekedar tekstual.

“Moderat adalah gabungan antara teks Al Qur’an dan Hadits dan akal. Akal ada dua, kolektif (Ijma/konsensus) dan individual (Qiyas/analogi). Selama itu bergabung maka namanya moderat. Jika hanya teks akan rengkal, ekstrem, dangkal dan rigid, kalau akal saja akan liberal. Maka dari itu lahirlah sikap wasathiyyah sebagai gabungan keduanya, dan itulah madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah,” lanjut Kiai Said menjelaskan.

Sehingga dari itulah Ahlussunnah wal Jama’ah terkenal dengan cara berpikir menggabungkan, mengharmoniskan dan mengintegralkan antara samawiyah ilahiyah (yang berasal dari Tuhan) dengan ardiyyah (yang bersifat manusiawi).

“Apa yang terjadi saat ini di dunia khususnya di timur tengah, telah kehilangan risalah wasathiyyah. Konflik selama 40 tahun disana karena belum tuntasnya keharmonisan antara agam dan budaya. Sedangkan di kita (Indonesia-red) hal ini sudah selesai sejak zaman Kiai Hasyim Asy’ari dengan jargon Hubbul Wathon minal Iman,” tandas Kiai Said.

Penulis: Dadie W. Prasetyoadi
Editor: M. Taufiq Maulana

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »