ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Situasi di masa pandemik seperti ini membuat berbagai sektor kehidupan mengalami stagnasi, baik secara ekonomi, sosial, budaya, pariwisata dan berbagai sektor lainnya.
Banyaknya pekerja yang mengalami PHK juga turut membuat kondisi masyarakat semakin lesu, khususnya bagi mereka yang sudah berkeluarga. Hal ini lah yang mendorong seorang pria asal Denpasar bernama Erol, mencoba berbuat sesuatu untuk keluar dari zona tersebut.
Bagaimana caranya? Bermula pada bulan Ramadhan lalu, ia dan istrinya membuat suatu kegiatan untuk keluarga kecil mereka yang diberi nama “Ramadhan Kareem”. Kegiatan tersebut berupa membagikan makanan gratis pada orang-orang disekitar tempat tinggalnya dengan tujuan untuk dapat saling meringankan beban masyarakat yang terdampak pandemik.
Tak disangka olehnya, kegiatan itu disambut oleh beberapa kolega dan temannya. Mereka tertarik dengan apa yang ia lakukan setelah dirinya memposting hal itu di akun media sosialnya, lalu minta ikut bergabung dalam program tersebut. Melihat sambutan teman-temannya, Erol melihat bahwa ini dapat menjadi sebuah bisnis yang mengusung konsep Social Entreprenuer. Konsep usaha yang dipandangnya tepat dalam masa pandemik seperti ini.
Apa itu Social Entreprenuership? “Social Entreprenuership adalah sebuah konsep usaha dengan berbasis mengutamakan kepentingan masyarakat. Dimana usaha itu mampu mendorong masyarakat keluar dari permasalahan sosial, seperti dampak ekonomi yang terjadi akibat pandemik saat ini,” jawab Erol yang bernama lengkap Aditya Erlangga itu ketika ditanya oleh aswajadewata.com.
Erol mencoba menggagas sebuah gerakan usaha bersama dengan menggandeng para penjual nasi di wilayah Denpasar dan sekitarnya yang sedang terpuruk akibat warungnya sepi pembeli atau bahkan ada yang terpaksa gulung tikar. Dia memesan nasi bungkus lewat mereka, lalu melibatkan mereka dalam proses pendistribusian nasi bungkus gratis dilokasi mereka tinggal masing-masing. Sistem usaha ini kemudian ia namakan “Manajemen Nasi Bungkus”. Hingga saat ini sudah ada 20 warung yang menjadi partner dalam social entreprenuership ini.
Pada prakteknya, pembagian nasi bungkus gratis dilakukan oleh para penjual, dengan tujuan supaya semangat mereka bangkit dan roda usaha mereka tetap berjalan meski di tengah kondisi sulit.
Sebenarnya orang-orang dapat memesan nasi bungkus dimanapun dan pada siapapun, hanya saja sistem ini bertujuan lebih mengenalkan bahwa “ada” warung yang menyediakan jasa memasak sekaligus membagikan nasi bungkus sebagai wujud solidaritas antar sesama. Selain itu, Erol juga berharap dengan adanya konsep tersebut, warung-warung itu segera mampu mandiri dan dapat mengembangkan usahanya.
Untuk itu, setelah berjalan hampir tiga bulan, Minggu (12/7) bertempat di Centre Point Caffee yang berlokasi di sekitar Renon Denpasar, dirinya mengumpulkan para penjual nasi mitranya itu dalam satu acara silaturrahmi agar bisa saling mengenal satu dengan yang lain sekaligus berbagi pengalaman selama melakukan kegiatan tersebut.
Dalam acara ini diisi pula pembekalan pengetahuan dasar tentang penggunaan media sosial, bagaimana cara memanfaatkannya dengan benar sehingga dapat membuat konten-konten positif yang dapat menunjang usaha mereka lewat prinsip personal branding. Sesi ini disampaikan oleh Pemred Aswajadewata.com Dadie W. Prasetyoadi. Dimana sejak awal berjalannya program “Manajeman Nasi Bungkus” ini, Aswajadewata.com turut bergabung menjadi media partnernya.
Tak hanya tentang online marketing, siang itu juga diisi dengan pengetahuan terkait higienitas makanan yang disampaikan oleh dr. Arlan dari komunitas “Tim Anti Lapar” yang juga menaruh perhatian pada konsep Social Entrepreunership gagasan Erol itu.
“Tugas saya adalah bagaimana memastikan mereka dapat bangkit dengan usahanya, sehingga setelahnya warung-warung mitra ini mampu menjual produk makanannya secara langsung maupun online lewat media sosial dengan berbagai brand yang bernilai dan layak jual,” jelasnya mengakhiri.
Penulis: Imriatun Muchlisoh
Foto: Ikhsan Nur
Editor: Muhammad Muhlisin