Thursday 25th April 2024,

Beragama Secara Proporsional

Beragama Secara Proporsional
Share it

ASWAJADEWATA.COM | 

Oleh: Mukhammad Lutfi

Seseorang akan dikatakan memahami dan menghayati agama, jika hatinya telah dipenuhi oleh cinta yang datang dari Tuhan maha kasih, sang pemilik cinta. Maka kehidupan ini akan menjadi indah.

Bukankah kebencian dan peperangan membuat hidup menjadi pengap dan menyiksa?

Penodaan dan pengkhianatan manusia terhadap kasih sayang dan pesan suci Tuhan yang telah menjadikan ajaran agama yang pada mulanya merupakan kasih dan ajakan damai, tapi nyatanya agama telah terdegradasi menjadi sumber konflik yang berdarah-darah. Kita bisa saja berdalih mencari penjelasan dan pembenaran mengapa umat beragama terlibat konflik.

Namun kalau saja kita masuk pada hati kecil kita yang terdalam dan menggunakan nalar sehat dalam memahami agama, setiap pemeluk agama pasti akan mengutuk kekerasan dan penistaan terhadap sesama manusia, terlebih mereka yang beriman pada Tuhan apapun agamanya.

Islam sebagai way of life atau jalan hidup, bukan hanya untuk kepentingan umat Islam semata, akan tetapi harusnya mampu menyentuh kepentingan umum di luar Islam maupun untuk Islam sendiri.

Akan tetapi agaknya terlalu egois jika Islam hanya mementingkan dirinya sendiri, mengingat Islam di belahan dunia ini keberadaannya ada yang minoritas dan juga mayoritas. Islam harus hadir sebagai solusi berbagai macam problema.

Di tengah kondisi yang demikian, kehadiran moderasi Islam diharapkan menjadi solusi. Wajah moderasi Islam yang dimaksud bukan berarti Islam berada dalam posisi netral yang berada dalam hitam-putih sebagaimana yang sering dialamatkan kepada istilah moderasi itu sendiri.

Wajah moderasi Islam yang sesungguhnya adalah memperjuangkan nilai-nilai universal keadilan (ta’adul), persamaan/toleransi (tasamuh), seimbang (tawazun), serta menebarkan rahmat untuk seluruh makhluk, yang mana nilai-nilai itu tadi memiliki akar sejarah yang kuat dalam tradisi Nabi dan Sahabat.

Indonesia yang multikultural ini harus mampu dikelola dengan baik, bijak dan sesuai porsinya . Islam sebagai umat mayoritas harus menjadi pelopor yang baik dan bijak dalam keberagaman Indonesia. Karena beragama, apapun agamanya semakin hari pengikutnya ini akan bertambah.

Sebagai contoh agama Islam. Pemeluk Islam yang semakin lama mendalami agamanya maka agama yang ada dalam benaknya akan mengkristal, dan semakin mengkristal maka akan banyak reduksi-reduksi dari substansi agama Islam itu sendiri.

Dulu, Islam mucul sebagai pembebas atau dalam bahasa Alquran Min al zulumati ila an nur. Akan tetapi semakin lama kita menyaksikan bahwa akhir-akhir ini seakan-akan Islam sebagai pembelenggu.

Betapa banyak tokoh-tokoh Islam yang sikap moderasinya terbilang masih rendah, banyak mengeluarkan kata-kata ini haram, jangan begini, jangan begitu, mereka salah kita yang benar, dan bahkan saking kebablasannya sampai melabeli kafir. Sungguh sedih melihat wajah Islam yang seperti ini. Islam seperti kehilangan rahmat bagi semestanya.

Berangkat dari fenomena-fenomena inilah sepertinya kita sebagai umat Islam harus menampilkan kembali wajah-wajah Islam yang santun, rukun, dan responsif akan sosial. Moderasi Islam menjadi begitu penting di tengah kehidupan bersama antar umat beragama.

Moderasi Islam harus terus menerus diperjuangkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Moderasi Islam yang responsif akan peradaban dan kemanusiaan itu cukup sederhana. Yaitu cukup dijalankan dengan kerukunan, dan beragama secara proporsional.

Saya kira rukun ini lebih familiar di telinga orang-orang awam, dan mudah dipahami semua strata golongan daripada istilah akademik yang lain yang merujuk pada arti yang sama dengan rukun. Beberapa istilah yang memiliki kecenderungan yang sama dengan rukun; toleransi, moderasi.

Dalam kerangka agama, rukun merupakan kerangka universal untuk kemanusiaan dan peradaban. Rukun menjadi manifestasi yang begitu penting.

Kalau kita meninjau dari kerangka normatif, tidak ada satu pun agama yang mengajarkan konflik atau kekerasan kepada pemeluknya. Semua agama yang otentik mengajarkan nilai-nilai kebajikan kepada para pemeluknya. Ajaran kebajikan pada semua agama menandakan bahwa kebajikan sesungguhnya selaras dengan martabat manusia yang tinggi.

Rukun merupakan moderasi beragama yang proporsional untuk peradaban dan kemanusiaan. Islam mengakui hak hidup agama-agama lain dan menghormati para pemeluk agama-agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran-ajaran agama masing-masing.

Di sinilah letak ajaran Islam. Di sinilah letak moderasi Islam mengenai kerukunan beragama. Bukan semata-mata untuk Islam sendiri melainkan untuk peradaban dan kemanusiaan.

Wallahu A’lam

Artikel ini pertamakali dimuat di iqra.id

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »