ASWAJADEWATA.COM
Pada zaman sekarang ini seseorang memiliki mushaf Al Qur’an tidaklah menjadi sesuatu yang membanggakan dan sesuatu yang istimewa sekali. Al Qur’an dalam bentuk mushaf di berbagai negara terutama di negara-negara Muslim sudah ada percetakannya. Bahkan di Indonesia sendiri sudah mempunyai percetakan Al Qur’an khusus yang dimiliki oleh Kementerian Agama RI, yaitu percetakan Mushaf Al Qur’an Standar Indonesia. Percekatan Al Qur’an ini diluncuran oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin di Unit Pencetakan Al-Quran (UPQ) Ciawi-Bogor Jawa Barat , Selasa, 25 Oktober 2016.
Demikian pula jika seseorang hendak membeli sebuah mushaf Al Qur’an tentu tidak akan menemui kesulitan untuk mencarinya. Hampir di semua toko-toko buku dipastikan ikut menjual mushaf Al Qur’an dari berbagai ukuran dan percetakan dari harga yang termurah sampai harga yang termahal. Kementerian Agama RI sendiri melalui proyek pengadaan Al Qur’an terkadang membagi-bagikan Mushaf Al Qur’an yang juga disertai dengan terjemahannya dengan cuma-cuma kepada masyarakat Muslim.
Akan tetapi bisa dibayangkan pada jaman dahulu di abad-abad belum adanya percetakan apalagi di saat belum munculnya percetakan khusus Al Qur’an. Tentu mencari Mushaf Al Qur’an apalagi memilikinya sangatlah sulit ditemukan mungkin adanya hanyalah berasal dari luar negeri itupun jarang karena terbatasnya jumlah yang dicetak.
Pada zaman itu, Al Qur’an tulis tangan adalah solusinya banyak ulama-ulama yang memiliki keterampilan menulis huruf Arab dan menguasai ilmu tulis baca Al Qur’an. Kemudian terjun ke dunia tulis menulis al Qur’an dengan tangan yang tentunya dengan melalui media tinta yang kwalitas seadanya yang diolah dan diracik dari bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan setempat dan kertas yang mungkin juga diimpor dari luar negeri. Kemudian diperjualbelikan di Indonesia kemungkinan juga buatan negeri Belanda pada masa penjajahan yaitu peralihan dari daun lontar ke kertas.
Al Qur’an tulisan tangan ini sangat mahal nilainya meskipun bentuknya sederhana tetapi nilai keantikan dan keunikannya yang membedakan dengan mushaf Al Qur’an hasil cetakan pabrik sekarang. Sehingga jika ada Al Qur’an tulisan tangan pada jaman sekarang maka nilainya pasti tidak terhingga. Terutama dari segi kesejarahannya meskipun isinya sama saja dengan al Qur’an biasa. Dan menjadi kebanggaan bagi pemiliknya karena merupakan bukti sejarah secara fisik yang bisa kita saksikan bersama di masa sekarang.
Jika kita telisik dari al Qur’an tulisan tangan yang ditulis antara masa abad XV sampai dengan abad XX hampir semuanya diperkirakan atas rencana para tokoh-tokoh Islam pada masa itu terhadap para ahli tulis-menulis Al Qur’an karena hal itu sangat penting. Itulah sebabnya di masa itu hampir di semua masjid kuno pasti ada Al Qur’an tulis tangan karena kemungkinan besar diharuskan oleh mereka sendiri untuk menempatkan Al Qur’an itu di setiap masjid kuno sebagai aset yang berharga yang dimiliki masjid itu.
Di Pula Bali sendiri saat ini masih terdapat beberapa Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di berbagai daerah dan waktu penulisannya yang juga bebeda-beda meskipun kebanyakan penulisnya tidak diketahui namanya dan tahun penulisannya, antara lain:
Pertama, Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di masjid Baitul Qodim Loloan Timur Jembrana
Mushaf Al Qur’an tulisan tangan yang ada di Masjid Baitul Qodim Loloan Timur Jembrana adalah mushaf yang diwakafkan oleh seorang wakif yang bernama Encik Ya’qub yang berasal dari Terengganu (Malaysia Barat sekarang) yang dikuatkan dengan prasasti berupa ukiran kaligrafi dari kayu yang berbahasa Melayu (berisi Akte Ikrar Wakafnya). Al Qur’an ini diperkirakan sudah berumur lebih dari 200 tahun.
Kedua, Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di Kampung Muslim Kusamba Dawan Klungkung
Kampung Muslim Kusamba Kecamatan Dawan Klungkung ini juga memiliki Mushaf Al Qur’an tulisan tangan yang bersejarah sebagaimana di kampung-kampung muslim kuno lainnya di Bali. Hanya saja Mushaf Al Qur’an tulisan tangan yang ada di Kampung Muslim Kusamba ini dilengkapi dengan keterangan tentang nama penulis dan tahun selesainya proses penulisannya dengan lengkap berbahasa Arab oleh Penulisnya.
Konon Al Qur’an ini ditulis kembar tiga dengan ukuran yang berlainan dan waktu penulisannya pun di dua tempat yang berbeda. Mulai ditulis di kampung Kusamba Bali yaitu kampung halaman penulis sendiri dan kemudian dilanjutkan sampai selesainya di tanah suci Makkah Al Mukarromah. Di saat penulis melaksanakan ibadah haji maklum di zaman itu setiap orang yang berangkat menunaikan ibadah haji bisa jadi lama waktunya lebih dari satu tahun perjalanan baru sampai kembali ke tanah air. Sangat beda dengan sekarang yang hanya berlangsung 40 hari sudah tiba kembali di tanah air.
Sebagaimana keterangan di halaman awal Mushaf Al Qur’an tulis tangan yang berbahasa Arab tersebut disebutkan bahwa penulisnya bernama Haji Ismail Bin Muhammad , Ayah dan Ibunya bersuku Bugis dan bergelar Imam Mudalu. Al Qur’an ini selesai ditulis di Makkah Al Mukarromah pada bulan Dzulqa’dah tahun 1260 Hijriyah yang jika dikonversi ke dalam tahun masehi. Yakni bertepatan dengan tahun 1844 Masehi dan jika dihitung dengan waktu sekarang maka akan diketahui bahwa Al Qur’an ini telah berusia sekitar 173 tahun. Meskipun Al Qur’an ini ditulis pada abad XIX namun Al Qur’an di masa itu masih menjadi barang langka yang sulit didapatkan maka Al Qur’an ini adalah warisan sejarah yang sangat mahal nilainya khususnya bagi masyarakat kampung muslim Kusamba.
Ketiga, Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di Kampung Muslim Pegayaman Sukasada Buleleng
Ada kemungkinan Al Qur’an tulisan tangan di Bali yang tertua adalah Al Qur’an yang terdapat di Kampung Muslim Pegayaman Sukasada Buleleng karena kemungkinan besar Al Qur’an tersebut dibawa langsung dari tanah Bugis ke kampung Pegayaman Buleleng tentu kita sulit mengetahui siapa sebenarnya penulisnya dari Al Qur’an ini.
Awal penyimpanannya memang di letakkan di Masjid Jami’ Safinatus Salam Kampung Pegayaman. Namun akhirnya ahli waris dari Al Qur’an itu yang bernama Pak Makruf kemudian mengambilnya untuk diletakkan penyimpanan di rumah pribadinya yang tidak jauh dari areal Masjid. Al Qur’an tulisan tangan ini menurut ahli waris pemilik bahwa Al Qur’an ini berdasarkan informasi dari tetua secara turun temurun yang mengatakan bahwa diperkirakan ditulis pada abad XVI yaitu ditulis di Sulawesi sebelum mereka Suku Bugis Makassar eksodus ke Buleleng abad XVII sehingga dapat disimpulkan bahwa Al Qur’an tulisan tangan ini sudah berusia kurang lebih 400 tahun. Menurut ahli waris Al Qur’an ini, bahwa Pak Makruf sendiri adalah keturunan ke 6 dari pewaris Al Qur’an itu yang bernama Musa yang diperkirakan beliaulah yang membawa Al Qur’an itu dari tanah Sulawesi lalu kemudian di tempatkan di Masjid Safinatus Salam kampung Muslim Pegayaman Sukasada Buleleng.
Kalau kita perhatikan tulisan dari awal lembaran Al Qur’an ini sampai kepada lembaran pertengahan (seperti yang ditunjukan oleh ahli waris pemiliknya) maka kita akan menemukan bentuk tulisan hurufnya yang berbeda (pada juz ke 15 ke atas sampai akhir). Tentu dari hal tersebut bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an itu ditulis oleh dua orang yang berbeda karena sangat sulit bagi seorang yang menulis huruf Arab dalam waktu yang bersamaan memiliki bentuk huruf yang berbeda inilah alasannya sehingga kita dapat mengatakan bahwa Al Qur’an itu penulisnya terdiri dari dua orang.
Keempat, Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di Masjid Asy Syuhada Kampung Muslim Serangan Denpasar
Salah satu Mushaf al Qur’an tulisan tangan di Bali adalah yang terdapat di Masjid Syuhada Kampung Muslim Bugis Serangan Denpasar. Masjid Asy Syuhada sendiri adalah Masjid yang dibangun oleh umat Islam penduduk pendatang di Pulau Serangan di abad XVII yang lahan dan bangunannya atas bantuan dan pemberian sebagai hadiah dari Raja Pemecutan III Cokorde Ngurah Sakti kepada masyarakat kampung Muslim Serangan dan sebagai bukti betapa hubungan keraton dengan penduduk suku Bugis sangatlah erat. Tokoh-tokoh Muslim Pulau Serangan bisa dengan leluasa keluar masuk Keraton Pemecutan.
Kelima, Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di Masjid Kampung Bugis Suwung Denpasar
Jika dilihat dari segi fisiknya maka Al Qur’an kuno yang ada di kampung Bugis Suwung Denpasar itu adalah Al Qur’an kuno tulisan tangan terbesar ukurannya di Bali, oleh karena penulis sendiri yang terjun langsung mengukur Al Qur’an tersebut dan ternyata ukurannya dalam posisi tertutup panjang 45 cm dan lebarnya 30 cm serta tebalnya 10 cm sedangkan Al Qur’an tulis tangan yang lain pada umumnya rata-rata hanya berukuran panjang 30 cm lebar 23 cm serta tebalnya 5 -7 cm.
Menurut Ahli waris Al Qur’an kuno itu Bapak H. Muhammad Nuh Fatah (tokoh kampung Bugis Suwung) bahwa awal Al Qur’an tersebut yang berada di kampung Bugis Suwung adalah berjumlah 6 buah yang saling berpasangan (istilahnya lelaki dan perempuan) yaitu 2 buah al Qur’an yang berukuran besar. Yaitu yang satunya (yang berukuran besar) sekarang keberadaanya ada di Masjid Kampung Suwung (yang laki-lakinya) dan yang satunya lagi berada di Masjid Istiqlal Jakarta.
Pada sekitar tahun 1995 M ketika dilaksanakan festival Istiqlal di Jakarta saat itu panitia Festival Istiqlal meminta kepada kami agar diijinkan untuk membawa Al Qur’an tersebut ke Jakarta dan ditempatkan di Masjid Istiqlal sebagai Al Qur’an Kuno Tulisan tangan abad XVII (yang perempuan) yang berasal dari Bali.
Sedangkan untuk yang ukuran kecilnya (ukuran biasa) satu pasang terdiri dari dua buah (lelaki dan perempuannya) saat ini masih berada di Masjid Kampung Suwung sedangkan satu pasang lainnya yakni dua buah lagi yaitu yang satu (lelakinya) ditempatkan di Masjid Syuhada kampung Bugis Serangan saat ini dan yang satunya berada di masjid Muhajirin Kampung Kepaon Denpasar (perempuannya) sayangnya setelah penulis mengecek keberadaan Al Qur’an kuno tulisan tangan di Masjid Muhajirin Kampung Muslim Kepaon keberadaannya sudah tidak ada lagi.
Keenam, Mushaf Al Qur’an Tulisan Tangan Di Masjid Kampung Bu’u Sidemen Karangasem
Salah satu Al Qur’an kuno yang juga sempat penulis amati adalah Al Qur’an tulisan tangan yang ada di Kampung Bu’u Desa Sidemen KecamatanSidemen Kabupaten Karangasem. Al Qur’an Tulisan tangan ini berada di rumah seorang pemiliknya/ahli warisnya bernama Bapak H. Muhsan yang awalnya memang berada di Masjid Nurul Iman yang letaknya tidak jauh dari areal rumahnya.
Dengan alasan keamanan kini Al qur’an tersebut diletakkan di dalam sebuah kotak dari kayu bercat hijau lengkap dengan beberapa warisan kuno lainnya yang sudah berumur ratusan tahun antara lain Tasbih, Naskah Khutbah yang ditulis di atas kertas panjang. Bahan kertas tersebut sangat antik karena jika dipegang seperti bukan layaknya kertas pada umumnya, kertas yang dimiliki sulit untuk dirobek.Al-Qur’an ini telah terbukti sudah berumur ratusan tahun, akan tetapi tulisannya masih tetap utuh berbentuk gulungan yang tempatnya berupa batangan bamboo dan lainnya juga berupa keris pusaka yang diberi nama Empu Gandrung.
Ketujuh, Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di Masjid Baiturrahim Kampung Muslim Kecicang Karangasem
Mushaf Al Qur’an tulis tangan yang penulis dapati terakhir adalah yang tersimpan di Masjid Baiturrahim Kampung Islam Kecicang Karangasem.Al Qur’an dimaksud tersimpan rapi di dalam sebuah kotak kaca berukuran 100 cm x 70 cm dan tinggi 50 cm diletakkan di ruangan belakang Masjid. Al Qur’an tersebut kira-kira berukuran panjang 40 cm x lebar 30 cm.
Pada lembaran awalnya terdapat tulisan yang menunjukan tahun penulisannya.Dari penulisan di lembaran awal tersebut dapat dikatakan bahwa penulisnya pernah bertempat tinggal di Pulau Jawa atau paling tidak pernah belajar di Pulau Jawa karena bertuliskan huruf Arab pegon dan berbahasa Jawa.
Bentuk hurufnya tidak jauh beda dengan Al Qur’an tulisan tangan lainnya menggunakan kertas pada umumnya yang digunakan jaman dahulu kala sekarang Al Qur’an ini sudah sedikit rapuh baik fisiknya maupun tulisannya yang kelihatan sudah agak kabur.
Tahun penulisannya menunjukan tahun 1279 H atau kalau dikonversi ke tahun Masehi maka akan menunjukan penulisannya yaitu pada tahun 1862 M atau sekitar 155 tahun lalu sayangnyadi tulisan itu tidak dicantumkan nama penulisnya sehingga tidak ada satupun yang mengetahui siapa sebenarnya nama penulisnya.
Kedelapan, Mushaf Al Qur’an tulisan tangan di Masjid Agung Singaraja Buleleng. Satu-satunya Al Qur’an kuno tulisan tangan di Bali yang penulisnya dari seorang mu’allaf asal keluarga puri Singaraja. Al Qur’an kuno tulisan tangan yang ada di Masjid Agung Singaraja saat ini. Untuk tulisan ini akan dibahas pada artikel selanjutnya. Wallahu a’lam bis shawab.
Oleh: Drs. H. Bagenda Ali, M.M/Penulis Buku AWAL MULA MUSLIM DI BALI