ASWAJADEWATA.COM |
Narasi buruk mucnul dari kebencian. Kebencian disebabkan hati yang buruk. Hati yang buruk dimungkinkan karena dua hal, bisa karena makanan yang masuk kedalam perut dan kepentingan yang didorong oleh hawa nafsu.
Sebagaimana Habib Ba’agil menyampaikan, “Para pembenci, orang-orang yang punya narasi buruk dalam berucap, yang harus dikoreksi; yang pertama adalah bagaimana cara mencari nafkah. Yang kedua, orang yang suka membenci, apa yang engkau lakukan sehingga engkau membenci kepada seseorang, pasti ini berkaitan dengan hawa nafsumu yang belum tercapai”.
Demikianlah yang menjadi orang-orang itu membenci orang lain. Karena hatinya sudah mendapatkan asupan makanan haram dari cara mendapatkan nafkah hidup, serta karena hatinya sudah dikuasai hawa nafsu.
Sementara bagi orang yang hatinya bersih, tidak akan ada kebencian apalagi narasi buruk; caci maki atau umpatan. Karena orang yang hatinya bersih, kepada setan pun berprasangka baik.
Tapi, kalua hati orang sudah buruk, seolah tidak ada yang benar dari orang lain. Setiap yang dilihat atau didengar, semuanya dibenci. Ucapan caci maki dan umpatan menjadi kebiasaannya.
Dawuh Habib Ba’agil, “Orang membenci karena itu. Apa ada orang membenci karena selain itu? Nggak ada. Setan saja, bagi orang yang bersih hatinya, nggak dibenci. Jadi, mereka yang hatinya bersih, selalu berprasangka baik, bahkan kepada setan. Tapi kalua orang sudah hatinya buruk, dia benci sana benci sini”. (Gus Tama)
*Bersumber dari podcast Daddy Corbuzier (01/03/2022)