ASWAJADEWATA.COM | JEMBRANA
Ribuan jamaah umat Islam baik tua, muda dari berbagai pelosok Bali dan sekitarnya Sabtu malam Minggu menghadiri haul K.H Habib Ali Bafaqih bin Habib Umar Bafaqih yang ke 24 di lapangan Politeknik Pengambengan Negara Bali.
Acara ini diselenggarakan pada hari Sabtu malam Minggu tanggal 3 Juni 2023. Dibuka dengan pembicaraan maulid Simthud Durar oleh Habib Ali Zainal Abidin Assegaf dan diiringi grup sholawat Az Zahir dari Pekalongan. Tampak hadir ketua PCNU Jembrana, KH Arsyad serta puluhan habaib dari berbagai penjuru Bali dan sekitarnya.
Sebagai pengisi acara pengajian malam itu adalah Habib Mahdi Al Maghrobi dari Klungkung. Dalam kesempatan itu Habib Mahdi menyampaikan pentingnya membaca dan memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Selain itu Habib Mahdi juga menyampaikan sebuah kisah hadits tentang keutamaan membaca Sholawat Nabi SAW.
Dari Anas bin Malik bahwa ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW, “Kapan terjadinya Kiamat?”
Rasulullah bersabda: “Apa yang telah kau persiapkan?” Dia menjawab, “Tidak ada yang aku siapkan baik berupa banyaknya shalat, juga tidak banyaknya puasa. Dan juga tidak banyaknya shadaqah. Akan tetapi aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Rasulullah bersabda:”Kau bersama dengan yang kau cintai”. (HR Al Bukhari).
“Banyak orang bertanya tentang kapan terjadinya hari kiamat itu. Rasulullah SAW tidak menjelaskan secara jelas kapan terjadinya. Karena hal tersebut merupakan rahasia Allah SWT yang tiada seorang pun dapat memprediksinya. Yang lebih penting adalah persiapan apa yang sudah kita lakukan untuk menyongsong akan hari kepastian itu,” jelas Habib Mahdi.
Dari manaqib Habib Ali Bafaqih yang disampaikan oleh putranya yaitu Habib Salim, dijelaskan bahwa Habib Ali Bafaqih dilahirkan dari pasangan Habib Umar dan Syarifah Nur, beliau lahir pada tahun 1890 di Banyuwangi. Pendidikan Menjelang usia 20 tahun, atau sekitar tahun 1910, Sayyid Ali “berlayar” ke tanah suci Mekah untuk memperdalam ilmu agamanya.

Keberangkatan ke Mekah ini atas “sponsor” Haji Sanusi, ulama terkemuka di Banyuwangi pada masa itu. Beliau bermukim di Siib Ali (Mekah) lebih kurang tujuh tahun lamanya. Sepulang dari Mekah, Habib Ali kembali ke tanah air dan menambahkan ilmunya di Pondok pesantren di Jombang yang di asuh oleh Kyai Wahab Abdullah.
Selain mendalami ilmu Al Quran, di waktu mudanya beliau dikenal sebagai pendekar silat yang sangat tangguh. Jauh sebelum beliau mendirikan Pondok Pesantren “Syamsul Huda” di Loloan Barat Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana, Beliau mengajar di Madrasah Khairiyah selama setahun di daerah kelahirannya Banyuwangi. Perjalanan ke Bali beliau lakukan perjalan ini atas permintaan Datuk Kyai Haji Mochammad Said, seorang ulama besar di Loloan. Mulailah Syiar Islam berbinar di Loloan dengan makin bertambahnya ulama setingkat Kyai Sayyid Ali Bafaqih.
Baru pada tahun 1935 beliau mendirikan Pondok Pesantren Syamsul Huda yang kini telah meneteskan ribuan ulama, da’i dan ustazah. Para santri datang dari berbagai pelosok desa di tanah air. Mereka belajar membaur dengan kehidupan masyarakat Loloan yang sejak ratusan tahun lalu telah dikunjungi oleh ulama-ulama tangguh dari berbagai daerah. Tak terkecuali ulama besar dari Trengganu (Malaysia) yang meninggalkan negerinya lalu hijrah ke Loloan sekitar awal abad 19. Wafat KH. Habib Ali Bafaqih wafat pada tahun 1997 pada usia 107 tahun.
Karena perjuangan dan kegigihanya untuk menyebarkan atau mensyiarkan agama Islam dan juga ketinggian ilmunya maka beliau dianggap sebagai salah satu “Wali Pitu” yang ada di Bali.
Habib Ali Bafaqih dimakamkan di area Pondok Pesantren Syamsul Huda, Loloan Jembrana.
Penulis: Aji Setiawan Editor: Dadie W Prasetyoadi