Karamah Para Sahabat Nabi

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Ahmad Husain Fahasbu

Percakapan tentang karamah tidak hanya terbatas pada era-era belakangan pasca masa-masa awal Islam. percakapan tentang karamah bahkan jauh sebelum itu, termasuk era sahabat nabi.

adalah empat al-Khulafa al-Rasyidun, pemimpin umat Islam setelah nabi juga disebut-sebut memiliki karamah. ini seperti kesaksian Fakru al-Din al-Razi dalam karya fenomenalnya, Mafatih al-Ghaib. di sana ia merekam, beberapa karamah yang dinisbatkan pada Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Karamah Abu Bakar adalah saat jenazah beliau diangkat menuju pemakaman untuk dikuburkan di dekat nabi, tepat ketika janazah ada di pintu para sahabat mengucapkan salam dan berkata: “Wahai Rasulullah, ini adalah jenazah Abu Bakar sedang di pintu”. Tiba-tiba pintu terbuka dan ada suara dari maqbarah nabi, “Masukkanlah jenazah seorang kekasih kepada kekasihnya”.

Adapun Umar, karamahnya cukup banyak dan sering dikisahkan. di antaranya adalah suatu ketika sungai Nil, Mesir yang menjadi sumber penghidupan masyarakat Mesir kuno, tiap tahun ada kondisi dimana airnya berhenti mengalir. dan sungai itu tak mengalir hingga ada tumbal seorang gadis cantik yang dilemparkan ke dalamnya.

Gubernur Mesir, Amr bin Ash, akhirnya menceritakan masalah itu kepada Umar bin Khattab. Umar kemudian menulis di sebuah pecahan tembikar:

ايها النيل ان كنت تجري بأمر الله فاجر وان كنت تجري بأمرك فلا حاجة بنا اليك

Wahai Sungai Nil! jika kamu mengalir karena kuasa Allah maka mengalirlah sementara jika kamu mengalir karena kuasamu maka kami tak berkepentingan denganmu.

tulisan itu kemudian dilemparkan ke sungai Nil dan–jika pinjam bahasa ukhti-ukhti–qadarullah sungai Nil mengalir dan tak pernah berhenti hingga saat ini.

masih tentang karamah Umar. dulu di Madinah terjadi gempa yang cukup kuat. Umar lalu memukulkan cemetinya ke tanah dan berkata:

اسكني باذن الله

Tenanglah engkau (wahai bumi)

segera saja gempa berhenti dan sejak saat itu tak pernah terjadi gempa di Madinah.

Usman juga tak kalah dari keduanya. ia juga punya karamah, yaitu memiliki keahlian kasyaf. suatu waktu Anas bin Malik dalam sebuah perjalanan, tiba-tiba ia melihat seorang perempuan. setelah itu ia menuju rumah Usman. ketika sudah sampai, Usman berkata pada Anas:

“Aku melihat kamu dan ada bekas “zina” di matamu”. Anas kaget bukan main. lalu ia bertanya, “Apakah wahyu masih ada saat nabi sudah wafat?”. Usman menjawab: “Tidak. ini adalah firasat yang akurat”.

Usman memiliki tongkat “keramat”. suatu waktu, Jahjah al-Ghifari merebut tongkat itu dan mematahkan dengan lututnya. tak menunggu lama, lutut yang digunakan Jahjah untuk mematahkan tongkat Usman tertimpa penyakit kronis hingga akhirnya ia wafat.

Dan terakhir, Ali bin Abi Thalib. ia memiliki seorang muhibbin (pecintanya) yang ketahuan mencuri. setelah proses pengadilan akhirnya ditetapkan bahwa ia mencuri. akhirnya Ali memotong tangannya sebagai sanksi pencurian.

pasca dipotong, orang tersebut berjalan dan bertemu dengan Salman al-Farisi dan Ibnu Karra’. Ibnu Karra’ bertanya kepadanya: “Siapa yang memotong tanganmu?”.

Orang tersebut menjawab: “Yang memotong tanganku adalah pemimpin orang mukmin, dan pemimpin orang Islam, menantu laki-laki nabi dan suami Fathimah al-Bathul”.

mendengar jawaban itu, Ibnu Karra berkata: “Dia memotong tanganmu dan kamu memujinya?”.

orang tersebut menjawab: “Bagaimana aku tak memujinya sementara dia memotong tanganku dengan dasar kebenaran dan menyelamatkan aku dari panasnya api neraka”.

Salman yang mendengar terenyuh dan kemudian menceritakan kepada Ali. Lalu orang tersebut dipanggil oleh Ali lalu Ali menempelkan tangannya pada lengan orang tersebut dan menutupinya dengan selebaran kain dan berdoa sejenak.

Tiba-tiba ada suara dari langit, “Angkatlah selendang itu dari tangan kalian”. kemudian keduanya mengangkat selendang tersebut dan–meminjam lagi bahasa ukhti-ukhti–qadarullah tangan orang tersebut kembali seperti semula dan bahkan lebih bagus.

lalu bagaimana rasionalisasi karamah dalam Islam? insyaallah pan-kapan dibahas.

(Diadaptasi dari Kitab Mafatih al-Ghaib karya al-Razi juz 11, halaman 91-92)

diunggah oleh:

Picture of Dadie W Prasetyoadi

Dadie W Prasetyoadi

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »