ASWAJADEWATA.COM – Gerakan dukungan untuk Hikma Sanggala jadi trending topic di twitter beberapa hari belakangan. Kejadian ini dipicu oleh ketegasan Prof. DR Faizah Binti Awad, MPdI. Rektor IAIN Kendari.
Keputusannya men-DO Hikma Sanggala yang terdaftar sebagai mahasiswa aktif di IAIN Kediri karena alasan memiliki dan dengan aktif menyebarkan ideologi HTI yang dinyatakan terlarang oleh pemerintah di kampus yang ia pimpin itu mengundang reaksi perlawanan netizen.
Entah hanya karena simpati atas nasib yang menimpa Hikma Sanggala atau bentuk perlawanan atas terputusnya rantai kaderisasi HTI di IAIN Kendari hujatan dan gerakan tagar berisi protes terhadap keputusan sang Rektor bermunculan di media sosial.
Hikma Sanggala (HS) adalah mahasiswa IAIN Kendari. Dia juga ketua Gema Pembebasan komisariat IAIN-underbow HTI di kampus. HS juga operator lapangan HTI di IAIN kendari yang bertugas untuk merekrut kader/mahasiswa baru.
Memang, pergerakan HTI di IAIN Kendari dan di kampus lainnya di Sultra sudah mulai dapat perlawanan. berbeda dari periode-periode sebelumnya, pimpinan kampus periode lalu banyak dijabat orang-orang HTI. Rektor yang terpilih di kampus IAIN dan Unhalu periode sekarang faham betul bahaya dan agenda HTI.
Namun sayang Ketegasan Rektor wanita ini sepertinya kurang mendapat dukungan publik. Padahal tindakannya ini seharusnya dapat ditiru setidaknya oleh para Rektor perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia. Dalam rangka mencegah meluasnya paham terlarang itu di lingkungan kampus.
Keberanian Prof Faizah ini selayaknya diapresiasi tinggi oleh pemerintah karena telah mampu mengamputasi borok HTI yang akan semakin meluas jika dibiarkan membiak, khususnya di kalangan akademisi.
Selain itu dukungan publik yang terwakilkan di sosial media juga harus diperkuat guna melawan opini-opini pendiskreditan oleh simpatisan HTI yang seketika bangun serentak dari kantong tidurnya dan memanfaatkan momentum.
Gerakan pemberantasan paham ngawur dan berbahaya di kampus-kampus ini memang harus memunculkan banyak sosok seperti Prof. Faizah, jika tidak ingin menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja.