ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Jumari, M.Pd Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar (STAI Denpasar) mengungkapkan bahwa di setiap proses wisuda, dirinya tidak bisa menahan untuk tidak menangis. Sebagai orang tua yang juga memiliki anak seorang mahasiswa, dirinya bisa merasakan kebanggaan setiap wali dan orang tua para wisudawan ketika menyaksikan proses ini.
Hal ini dikatakan olehnya saat memberi sambutan pada Wisuda X STAI Denpasar yang dilangsungkan di Hotel Haris Denpasar, Sabtu (10/12/2022).
“IPK tertinggi dalam Wisuda X STAI Denpasar 2022 kali ini adalah 3,6. Memang tidak terlalu tinggi, ini menunjukkan bahwa nilai adalah bagian terpenting pendidikan di STAI,” jelasnya melanjutkan.
Pada kesempatan itu Jumari sekaligus menyampaikan terimakasih kepada semua wali dan orang tua wisudawan yang hadir menyaksikan, atas jerih payahnya hingga dapat mengantarkan putra putrinya menyelesaikan proses pendidikan di STAI yang memang tidak mudah.
Secara khusus Jumari juga berpesan kepada para sarjana baru ini agar mereka selepas dari kampus harus selalu menjaga sikap moderat di masyarakat.
“Artinya kalian harus selalu bersikap di tengah walau tetap kritis. Jangan terlalu “ngegas”, namun juga tidak selalu diam jika menemui hal-hal yang dianggap tidak benar terjadi di masyarakat. Termasuk juga menjaga attitude digital di media sosial,” katanya.
Sementara Dr. H Nazar Naamy, M.Si. selaku Koordinator KOPERTAIS XIV Mataram dalam sambutannya mengatakan bahwa wisuda ini adalah pintu gerbang kehidupan yang lebih nyata.
“Jangan puas dengan gelar yang telah diraih, tetapi harus berangan angan untuk bisa melangkah lebih jauh,” tegasnya di hadapan para Wisudawan.
Dalam rangka itu menurutnya, UIN Mataram bersama STAI Denpasar telah membahas kerjasama untuk membuka program Pasca Sarjana di STAI Denpasar paling lambat pertengahan tahun 2023 mendatang. Kopertais XIV dalam waktu dekat segera mengeluarkan rekomendasi sebagai syarat yang diperlukan.
“Kami siap mendukung segala kebutuhan yang diperlukan STAI Denpasar untuk itu,” ungkapnya.
Menurutnya, kondisi kemajemukan yang ada di kota Denpasar ini pasti menumbuhkan sikap moderasi dan rasa toleransi yang tinggi pada setiap mahasiswa STAI Denpasar.
“Hal ini otomatis membangun rasa cinta tanah air yang kuat dalam diri setiap mahasiswa termasuk menjunjung dan menghormati nilai nilai kearifan lokal yang berlaku,” tandasnya.
Penulis: Khalilur Rahman | Editor: Dadie W. Prasetyoadi