ASWAJADEWATA.COM | BADUNG
Sikap intoleransi di Indonesia masih sering terjadi. Hal ini salah satunya dilatar belakangi perbedaan, baik suku, ras dan agama. Padahal, sikap demikian menurut Kiyai Abdullah Ketua PCNU Jember tidak dibenarkan.
“Jangan pernah tanya bahasanya apa, agamanya apa, selama butuh kita bantu,” katanya saat mengisi acara Maulid Nabi di Jimbaran Kuta Selatan, Badung, Bali pada Minggu, 24 November 2019.
Kiai Abdullah menerangkan, bahwa untuk mendapatkan rahmat dari Allah maka tebarkanlah kasih sayang kepada siapapun. Jangankan kemanusia, ke hewan sekalipun kita harus berkasih sayang. Karena Nabi Muhammad SAW sendiri diutus untuk seluruh alam, bukan hanya untuk kaum muslim.
“Rasulullah Rahmatan lil alamin, bukan rahmatan muslimin,” jelas Kiyai Abdullah.
Lebib lanjut Ketua PCNU Jember ini mencontohkan sikap intoleransi. “Pernah kejadian ada orang naik sepeda motor ketabrak truck. Kejadiannya pas di depan rumah kiyai. Santrinya melihat kejadian itu segera menghadap kiyai untuk melapor. “Kiyai, ada tabrakan didepan.”
“Tanya dulu agamanya apa.”
“Islam, kiai.”
“Tanya lagi imam/madzabnya siapa.”
“Karena kelamaan tidak ditolong, malah banyak ditanya, akhirnya mati,” kisah Kiai Abdullah memberi gambaran kepada jama’ah.
Seharusnya sikap yang demikian dalam konteks saling tolong menolong tidak perlu memandang apa agama, suku, dan ras kata Kiyai Abdullah. Walau beda agama, “tapi sesama Indonesia,” terangnya.
Penulis: Wandi Abdullah
Foto: Ikhsan Noor
Editor: Dadie W. prasetyoadi