Friday 19th April 2024,

“Ikhlas”, Sesuatu yang Malaikat Tidak Dapat Mencatat dan Setan pun Tidak Sanggup Merusaknya

“Ikhlas”, Sesuatu yang Malaikat Tidak Dapat Mencatat dan Setan pun Tidak Sanggup Merusaknya
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Moh Fariz Wahyu Abadi

Mendengar kata ikhlas, tentu kita selalu mengaitkannya dengan merelakan atau melepaskan. Mungkin juga sebagian dari kita masih sulit memaknai arti ikhlas. Ikhlas menjadi sangat mudah diucapkan namun berat untuk dipraktekkan. Setelah penulis simak lebih dalam mengenainya, ternyata makna dari ikhlas lebih daripada merelakan dan melepaskan.

Rasulullah SAW pernah bertanya kepada Malaikat Jibril tentang ikhlas.

سأ لت جبريل عليه السلا م عن الا خلإص , ما هو ,فقا ل جبريل عليه السلام سأ لت رب العزة تبا رك وتعا لى عن
الإ خللا ص ، ما هو , فقا ل ر ب العزة تبارك وتعا لى : الإخلا ص
سر من سري او دعته قلب من احببت من عبا د ى

“Saya ( nabi ) bertanya kepada Jibril tentang makna ikhlas . Apakah ikhlas itu ? Aku (Jibril) telah menanyakan hal ini kepada Tuhan, dan Dia menjawab : Ikhlas itu merupakan salah satu rahasia Ku, yang Aku tempatkan di hati hamba–hamba–Ku yang aku cintai”.

Syekh al-Junaid al Baghdadi mengatakan “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hambanya, tidak ada malaikat yang mengetahui dan mencatatnya, tidak ada syetan yang mengetahui dan merusaknya, dan tidak ada hawa nafsu yang mengetahui lalu menyodongkannya”. Dari riwayat ini dapat kita pahami bahwa ikhlas adalah suatu rahasia antara Allah SWT dan Hambanya.

Dalam beberapa kasus seringkali kita mengatakan ketika mendapat musibah, kita harus ikhlas dalam menerima musibah tersebut. Dari sini penulis berpikir apakah ketika mendapat musibah kita harus ikhlas atau kita harus bersabar? agar kemudian mendapat buah dari kesabaran tersebut yaitu sebuah keikhlasan ?

Imam Al-Qusyairi mengatakan “Ikhlas adalah penunggalan al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan, untuk mendekatkan diri hanya kepada Allah SWT semata”.

Menurut Fahruddin Faiz, dalam menafsirkan perkataan Imam Al-Qusyairi adalah segala amal perbuatan yang kita lakukan, baik amal dunia maupun akhirat menjadi kendaraan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.

Definisi “Ikhlas” sendiri secara bahasa berasal dari Isim Masdar akhlasa – yukhlisu – ikhlasan yang artinya murni, tidak bercampur, bersih, dan jernih (bersihnya sesuatu dari yang sebelumnya itu kotor). Jadi ikhlas disini menjadi perjalanan akhir dari segala perbuatan yang kita lakukan dengan tujuan semata–mata karena Allah SWT yang tidak tercampur dengan segala validasi yang dibutuhkan selain Allah SWT.

Kita tidak dapat menilai keikhlasan seseorang karena ikhlas adalah rahasia antara Allah SWT dan hambaNya. Jika melihat surah Al-Ikhlas dalam Al-Qur’an tidak satupun kita temukan kata ‘ikhlas’ di dalamnya, yang kita temukan adalah kata اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ yang memiliki arti “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. Dari surah Al-Ikhlas yang tidak satupun kita temukan kata ‘Ikhlas’ didalamnya, penulis mengartikan bahwa Ikhlas tersebut adalah Kosong, Bersih, Murni tanpa ada sesuatu yang bisa menampakkannya.

Dalam perjalanan menuju keikhlasan, Fahruddin Faiz menjelaskan dalam sebuah kajiannya bahwa terdapat empat rute Ideal menuju Keikhlasan: Pertama bersihnya diri dari dosa dan maksiat yang disengaja. Kedua bersihnya diri dari keterikatan duniawi. Ketiga bersihnya dari dari Ego. Keempat bersihnya diri dari selain Allah SWT.

Imam Syafi’i mengatakan dalam keutamaan ikhlas:
‘Halakan nasu kulluhum illal ulama, wa halakal ulama kulluhum illal amilin, wa halakal amilun kulluhum illal mukhlasin, wal-mukhlisuna ala khathrin adzim’

“Semua Manusia itu akan hancur kecuali yang berilmu, Manusia yang berilmu pun juga akan hancur kecuali yang mengamalkan ilmunya, Manusia yang mengamalkan ilmunya pun semuanya juga akan hancur kecuali yang Ikhlas, Manusia yang ikhlas itu memiliki banyak ujian dan tantangan”.

Ikhlas adalah sesuatu yang sangat mulia dan memiliki banyak keutamaan dalam hidup ini, selaras dengan kata-kata yang sering kita dengar yaitu, “Dekatilah Allah SWT maka semua akan mendekatimu”. Dalam menyikapi kata-kata tersebut, niat yang ikhlas menjadi titik tolak untuk kemudian menuju keridhoan Allah SWT dan amal sholeh menjadi jalan untuk kita mendekatkan diri pada Allah SWT.

(Penulis adalah Wakil Ketua II PW IPNU Provinsi Bali)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »