ASWAJADEWATA.COM |
Sebagian orang awam akan merasa bingung dan bertanya-tanya ketika melihat seorang kiai atau tokoh agama memiliki kekayaan alias bergelimang harta. Atau mungkin ada yang sampai berkomentar negatif, “Kiai kok punya rumah megah, mobil mewah. Bukannya kiai itu zuhud, qana’ah” dan seterusnya.
Sebagaimana dawuh Kiai Azaim, “Kadang kita isykal kenapa romo yai punya mobil bagus, romo yai kok rehab rumahnya mewah”
Demikian yang dirasakan bagi kita yang belum memahami tentang harta yang ada pada seorang kiai atau tokoh agama lainnya. Mungkin hal ini merupakan suatu kewajaran dalam menduga ketika melihat dan menilai harta sebagai duniawi semata.
Namun, ketika melihat harta sebagai anugerah dari Allah, maka kekayaan yang ada pada diri manusia tidak lagi dipandang sebagai duniawi semata. Justru kekayaan itu akan dipandang sebagai sarana/wasilah untuk meraih kemuliaan di sisi Allah bagi seorang hamba.
- Menjadikan kekayaan sebagai bukti kekuasaan Allah dan digunakan untuk berdakwah dan mengembangkan pesantren
Semisal seorang kiai yang kaya lalu menjadikan kekayaannya sebagai bukti bahwa Allah Maha Kaya. Sehingga kiai ini tidak mengemis kepada orang lain untuk berdakwah dan mengembangkan pesantrennya. Maka kekayaan yang berada pada orang saleh akan menjadi harta yang memiliki manfaat luar biasa.
Kiai Azaim menyampaikan, “Bagaimana kiai itu harus kaya bukan untuk menunjukkan kesombongannya, tetapi untuk menunjukkan Allah Maha Pemberi Rizki. Ketika harta yang saleh ada pada orang yang saleh, ini kan berarti kesalehan dobel”
- Jika tidak kaya, khawatir dimanfaatkan oleh oknum yang berkepentingan
Sebaliknya, ketika seorang kiai tidak kaya apalagi tidak kaya hati, akan mudah dipengaruhi oleh oknum yang berkepentingan dengan memanfaatkan pesantren. Karena pesantren ternyata telah menjadi hal yang menarik untuk sasaran matrealisme. Oleh sebab itu, seorang kiai harus kaya harta dan hati.
Dawuh Kiai Azaim, “Ketika dunia pesantren menjadi sesuatu yang menarik di kancah nasional, dipolitisir dengan segala kepentingan, maka ahlul bait pondok pesantren, para gus, ini obyek yang snagat menarik manjadi sasaran matrealisme itu. Tetapi ketika kita kaya hati ini yang luar biasa. Maka kekayaan fisik, ini hanyalah menjadi sarana penguatan dakwah”.
- Kekayaan untuk memuliakan ilmu
Seorang yang berilmu memang harus kaya, dengan tujuan menjadikan kekayaannya untuk memuliakan ilmu. Tidak selamanya orang yang berilmu harus sederhana, apalagi sampai terkesan memprihatinkan. Maka, jika Allah memberikan rizki yang melimpah, gunakanlah semuanya demi memuliakan ilmu.
Sebagaimana Kiai Azaim menggambarkan Abuya Sayyid Muhammad memuliakan ilmu, “Bagaimana pakaian beliau (Abuya Sayyid Muhammad) super mahal, ketika untuk menampilkan ilmu, menghormati ilmu, parfumnya sangat mahal, imamah dari tekstil yang terbaik, dan cetakan kitab beliau juga dari cetakan yang terbaik juga”
Tulisan ini bersumber dari ceramah Kiai Azaim di channel you tube OFFICIAL LP3IA dengan judul Ngaji Khataman Kitab Syariatullah Al-Khalidah Gus Baha dan KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy. (Gus Tama)