Thursday 18th April 2024,

Kisah Para Wanita yang Ikut Berjihad Bersama Nabi 

Kisah Para Wanita yang Ikut Berjihad Bersama Nabi 
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Agama Islam sesungguhnya memerintah wanita agar membela negara, tanah airnya, dan bangsanya sebagaimana perintah itu telah ditujukan pada laki-laki. Artinya laki dan perempuan di mata tuhan sama dalam jihad.

Dalam sejarah Islam, wanita sudah andil dalam jihad di masa-masa awal lahirnya Islam. Bakhan menurut Syeh Ali Jum’ah, wanita justru lebih dulu dari pada laki. Ini dibuktikan bahwa yang pertama kali mati syahid fisabilillah adalah seorang wanita yakni Sayyidah Saimah istri Yasir.

Selain itu ada juga wanita lain seperti Asma’ binti Abi Bakar yang dikenal sebagai orang pertama kali yang mengurusi soal domistik dan pangan. Wanita tersebut juga menjaga agar makanan itu sampai pada Nabi dan Abu Bakar.  Sampai suatu ketika putri Abu Bakar ini harus rela mendapatkan penyiksaan yang dilakukan Abu Jahal karena tidak mau membeberkan informasi tentang dua orang mulya tadi.

Dalam kitabnya, al-Mar’ah fi al-Hadarah al-Islamiyyah Prof. Dr. Syekh Ali Jum’ah menyebutkan 7 wanita ikut berpartisipasi dalam jihad. Berikut uraiannya:

Pertama; Ummu Sulaim binti Malhan bin Kholid bin Zaid bin Harom bin Jundub bin Amir bin Ghunmi bin Adi bin an-Najjar al-Anshoriyyah. Beliau adalah ibunda pembantu Nabi yakni Anas bin Malik. Setelah suami yang pertama meninggal dunia yakni Malik bin an-Nadhor, beliau dipersunting oleh Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl al-Anshory.

Saat peperangan Hunain, suami yang kedua ini menghaturkan pada Rasulullah sembari berkata; ini Ummu Sulaim yang sedang membawa pisau besar. Ummu Sulaim juga berkata;

يَارَسُوْلَ اللهِ أَتَّخِذُهُ إِذَادَنَا مِنِّيْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ بَقَرَتُ بِهِ بَطْنَهُ

“Wahai Rasulullah! saya akan menggunakan pisau ini sebagai senjata. Apabila salah satu orang musyrik mendekatiku akan kubelah perutnya”. Mendengar perkataannya Rasulullah tersenyum.

Kedua; Ar-Robi’ binti Mu’awwadz bin ‘Ufara’ al-Ansyoriyyah. Beliau berasal dari bani Najjar. Nabi pernah datang di acara walimah ar-Robi’ sebagai wujud dari silaturahim.  Ayah beliau termasuk para pembesar dalam peperangan Badar yang membunuh Abu Jahal. Iyas bin Bakir al-Laitsy-lah yang melamarnya dan setelah perang badar langsung menikahinya. Wanita ini juga pernah ikut perang Uhud bersama Ummu Ammarah dan Aisyah.

Ketiga; ummu haram bin malhan bin kholid bin zaid bin harom bin jundub bin amir bin ghanam bin adi bin an-najjar al-anshoriyyah saudari ummum sulaim sekaligus bibi dari anas bin malik. Beliau adalah istri dari ubadah bin shomit

Rasulullah pernah tidur di rumahnya. Lalu ketika bangun beliau tersenyum. Ummu Haram menanyakan alasan kenapa baginda tersenyum, Nabi bersabda;

عُرِضَ عَلَيَّ أُنَاسٌ مِنْ أُمَّتِيْ يَرْكُبُوْنَ ظَهْرَ الْبَحْرِ الْأَخْضَرِ كَالْمُلُوْكِ عَلَى الْأُسْرَةِ

“Ditampakkan kepadaku sekelompok orang dari umatku yang berlayar di laut  yang hijau seperti para raja yang duduk di atas singgasanaya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Mendengar hal itu Ummu Haram meminta kepada Nabi untuk mendoakannya agar termasuk golongan itu. Dan akhirnya Nabi bersabda bahwa ia termasuk golongan mereka yang pertama(minal awwalin). (Muhammad Ibrahim Salim, Nisa’ Haula ar-Rasul,  h; 141-142)

Keempat; ummu sinan al-aslamiyyah. Beliau juga termasuk wanita yang ikut berjihad sehingga beliau dikenal dengan wanita yang pemberani dan mempunyai semangat yang tiggi. Beliau datang kepda nabi dengan maksd ingin ikut perang khaibar. Dia berkata; wahai rasulullah aku senang keluar(pergi perang) bersama anda. Menyediakan minuman, mengobati tentara yang terluka, menolong sahabat2 yang berjihad, menjaga bekal dan makanan mereka. Nabi menjawab; ayo ikut bersama kami dan kamu temani ummu salamah.

Kelima; Laila al-Ghiffariyah. Beliau juga ikut berperang bersama Nabi bahkan beliau berkata; “saya berperang bersama Nabi, mengobati tentara yang terluka, dan merawat orang sakit”. Dan tatkala Ali menuju kota Basroh, Laila ikut bersamanya.

Keenam; Ka’ibah binti Said al-Aslamiyah. Beliau ikut perang Khaibar bersama Nabi sehingga baginda memberikan hasil rampasan perang sama seperti bagian perajurit laki-laki.

Ketujuh; Rafidah al-Anshoriya. Beliau juga mengobati orang-orang yang terluka karena perang. Menurut Ibnu hajar, Ibnu Ishaq menceritakan Rafidah dalam Kisah Saad bin Mu’ad ketika ditimpa musibah pada perang Khandaq.( Prof. Dr. ‘Ali Jum’ah, al-Mar’ah fi al-Hadarah al-Islamiyyah, h; 61-63)

Selain itu, Muhammad Ibrahim Salim menyebutkan beberapa wanita lagi yang berpartisipasi dalam perjuagan baginda Nabi seperti; Mihnah binti Jahsyin al-Asadiyyah, Hindu binti Amer bin Haram, dan Ummu Habib binti al-Ash.(Nisa’ Haula Ar-Rasul, h; 131-149)

Penulis: Arifin (Santri aktif ma’had aly situbondo)

Sumber: tanwirulafkar.id

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »