ASWAJADEWATA.COM |
KH. Hasan Ali, BA ( alm) lahir di Sekayu, Kab. Musi Banyuasin Sum-Sel, 19 Pebruari 1933 dari pasangan Muhammad Ali dengan Siti Aisyah. Sejak kecil beliau sudah mendalami ilmu agama terbukti di saat beliau belajar di sekolah SR di jaman pendudukan Jepang yang waktu itu bernama sekolah Koto Syogatko beliau merangkap di sekolah Agama yang bernama Al Ma’hadul Ilmi Sekayu tamat tahun 1942 kemudian melanjutkan ke Tsanawiyah di Palembang lulus tahun 1951 dan selanjutnya ke sekolah SGHA ( Sekolah Guru dan Hakim Agama ) di Bandung lulus tahun 1955.
Pada waktu lulus dari SGHA tahun 1955 beliau langsung ditugasdinaskan ke Mataram ibu kota Provinsi Nusa Tenggara beliau langsung menjadi guru Agama Islam di sekolah SMPN 1 Mataram kemudian ke SMAN 1 Mataram sambil mengajar beliau juga sempat kuliyah di IAIN Sunan Ampel Cabang Mataram angkatan pertama dan mendapatkan gelar Sarjana Muda hingga tahun 1967.
Perjalanan selanjutnya kemudian beliau dipindahtugaskan lagi ke tempat lain kali ini harus pindah ke Pulau Bali per SK Nopember tahun 1970 namun resmi bertugas sejak Maret 1971 di Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Bali selaku Kepala Seksi Madrasah.
Pada Maret Tahun 1975 beliau diangkat menjadi Kepala PGAN Negara Jembrana hingga Juli 1985 selanjutnya dari tahun 1985 ditugaskan sebagai pengawas pendidikan pada Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Bali hingga masa pensiun tahun 1993.
Jabatan yang pernah diduduki antara lain, selaku Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bali dari Tahun 1978 sampai September 1995 dan dari tahun 1995 beliau ditarik menjadi staf ketua Umum MUI Provinsi Bali yang waktu itu ketua umumnya dijabat oleh KH. Sutaryo Habib Adnan sampai tahun 2000 dan pada akhirnya dua kali periode beliau menjabat sebagai Ketua Umum MUI Prov. Bali yaitu pada priode 2000 – 2005 dan periode 2005 – 2010.
Perjuangan Pengembangan Pendidikan Islam dan Dakwah Islamiyah di Bali tidak bisa diragukan lagi kiprahnya. Ketika beliau menjabat sebagai Kepala PGAN Negara Jembrana saat itulah banyak hal yang beliau rintis khususnya di wilayah Kabupaten Jembrana di antaranya adalah membidani/ konseptor berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta pertama di Bali yang kemudian menjadi STIT Al Mustaqim Negara.
Bermula saat pertemuan beliau dengan tokoh Muslim Jembrana saat itu sekaligus pengusaha kontraktor yang bernama H. Toyyib ( PT. Sugeng Jaya ) maka disampaikanlah gagasan beliau itu untuk mendirikan perguruan tinggi Islam di Jembrana kemudian ditindaklanjutilah gagasan itu oleh masyarakat Muslim Jembrana maka sekitar tahun 1983 STIT Al Mustaqim Negara berdiri secara resmi.
Adapun yang menjadi Ketua pertama Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta ini adalah Bapak Drs. Ali Muhayat sekitar 3 tahun lamanya, beliau juga menjabat sebagai ketua Pengadilan Agama Negara. Mula-mula mahasiswa yang kuliyah di STIT Al Mustaqim Negara ini berjumlah 40 orang yang mayoritas alumni PGAN Negara karena di samping Perguruan Tinggi tersebut awalnya bertempat di PGAN Negara juga memang dipersiapakan untuk Alumni PGAN agar mereka tidak lagi melanjutkan kuliyah ke Jawa atau le Lombok
Banyak sekali yang terbantukan dengan kehadiran STIT Al Mustaqim Negara ini terutama guru-guru Agama yang sudah menjadi PNS baik di sekolah-sekolah umum maupun di madrasah yang ingin menyempurnakan pendidikannya yang awalnya hanya tamatan PGAN saja waktu itu mereka sudah bisa kuliyah di STIT Al Mustaqim untuk penyesuaian pendidikan ke golongan III dan selaligus dapat menyandang gelar Sarjana Pendidikan.
Tidak hanya dari wilayah sekitar Bali saja asal guru-guru Agama PNS yang kuliyah penyesuaian Ijazah di STIT Al Mustaqim Negara ini akan tetapi tidak sedikit pula dari wilayah Jawa Timur seperti dari Banyuwangi, Situbondo dan Bondowoso juga banyak yang berdatangan di STIT Al Mustaqim untuk menyelesaikan kuliyah Strata Satunya bahkan di antara mereka juga ada yang berasal dari Guru PNS untuk tujuan yang sama demikian juga berasal dari kalangan para pejabat Departemen Agama di Bali baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat Provinsi mereka justeru dapat menyelesaikan Pendidikan Sarjananya juga di STIT Al Mustaqim Negara.
Alumni STIT Al Mustaqim Negara ini bukan hanya ratusan sarjana tapi sudah mencapai ribuan yang tersebar menjadi PNS dan Guru Agama Islam PNS di seluruh Bali dan sebagian Jawa Timur tidak sedikit juga dari berbagai profesi mereka pernah kuliyah di STIT Al Mustaqim Negara.
Pada tahun 2008 di penghujung akhir eksistensinya STIT Al Mustaqim Negara waktu itu sampai dapat mewisuda Sarjana Strata I sejumlah 500 orang sekaligus. Ijazah yang telah diterbitkan oleh Institusi Perguruan Tinggi Pendidikan Agama Islam yang pertama berdiri di Bali ini seolah menjadi kenangan indah bagi mantan pengelolanya dan kebanggaan bagi pemilik ijazah yang telah dikantonginya di bawah naungan kopertais Wilayah IV.
Ketua STIT Al Mustaqim terakhir dijabat oleh Drs. Ilham sampai ditutupnya Perguruan Tinggi Agama Islam ini dengan terbitnya SE Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Pusat nomor : Dj.I/18/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 tentang Pencabutan Ijin Operasional Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah ( STIT ) Al Mustaqim Jembrana.
Persoalan demi persoalan dari segi manajemen pengelolaan perkuliahan terjadi yaitu tentang berkali-kalinya peringatan Kopertais Wilayah IV kepada pengelola STIT Al Mustaqim agar segera mengadakan registrasi mahasiswa dan ijazah yang sejak tahun 2000 sama sekali tidak pernah teregistrasi di Kopertais Wilayah IV yang sekretariatnya bertempat di IAIN Sunan Ampel Surabaya namun ketika itu tidak pernah sekali pun ditindaklanjuti oleh pihak manajemen STIT Al Mustaqim Negara hal ini lah yang kemudian menjadi semakin rumitnya masalah dan tidak kunjung terselesaikan sehingga pada akhirnya persoalan utama inilah yang melatarbelakangi ditutupnya STIT Al Mustaqim Negara itu.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pihak pengelola termasuk upaya banding terhadap SE Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama itu, namun tetap tidak menuai hasil yang diharapkan.
Penutupan STIT Al Mustaqim Negara Jembrana ini khususnya dari aspek kesejarahan merupakan kerugian besar bagi Muslim di Provinsi Bali karena STIT Al Mustaqim Negara merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam pertama berdiri di Bali sepanjang sejarah keberadaan ummat Islam di Bali sejak kurang lebih 5 abad lamanya dan telah meluluskan ribuan sarjana Pendidikan Agama Islam dari sejak berdirinya sampai ditutupnya sekitar 27 tahun beroperasi. Pada hal bagi Muslim di Bali sendiri sampai saat ini sangat mengharapkan agar perguruan tinggi Agama Islam Negeri bisa segera diwujudkan dan yang paling pantas untuk dinegerikan adalah STIT Al Mustaim Negara yang telah ditutup itu karena justru lokasi dan fasilitasnya bisa dikatakan sudah memenuhi syarat dengan luas lahan sekitar 3.5 hektar persegi.
Itulah sebabnya ketika adanya persoalan manajemen yang tidak beres di intitusi STIT Al Mustaqim Negara yang hingga akhirnya terbit SE Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Pusat nomor : Dj.I/18/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 tentang Pencabutan Ijin Operasional Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah ( STIT ) Al Mustaqim Negara Jembrana maka yang paling terpukul dan perihatin adalah beliau KH. Hasan Ali, BA oleh karena beliaulah pionir dan peritis utamanya di awal pendiriannya dan dari aspek kesejarahan pembubaran itu merupakan kerugian besar bagi Ummat Muslim Bali.
Beliau berpulang ke rahmatullah pada hari Ahad 18 April 2021 di RS Kasih Ibu Denpasar
Semoga husnul khatimah amin …..
Wallahua’lam bis shawab.
Penulis: H. Bagenda Ali