Friday 04th October 2024,

Li Khomsatun Dianggap Syirik, Cangkem Elek Pancen Ngono

Li Khomsatun Dianggap Syirik, Cangkem Elek Pancen Ngono
Share it

ASWAJAWADEWATA.COM

Lagi-lagi ada saja yang berulah dengan menuduh syirik amaliyah yang menjadi ikhtiar untuk mencegah wabah. Ulah ini tak lain adalah dari kelompok cangkem elek. Alasan kelompok cangkem elek ya tetap sama saja, gak ada dalil atau tidak diajarkan oleh Nabi.

Istilah Gus Baha’, orang seperti itu memang cangkem elek atau bocah ora tau ngaji. Karena memang mereka berpendapat atau menuduh seenak mulutnya sendiri atas dasar pengetahuan yang dangkal, sempit dan jumud. Namanya juga orang tak mau atau tak bisa ngaji.

Padahal dalilnya jelas dan banyak. Sebagaimana yang ditulis oleh KH. Ma’ruf Khozin dalam akun facebook pribadinya. Beliau menulis tentang dalil dengan penjelasannya sebagaimana kutipan lengkap berikut.

Syair shalawat Burdah syirik. Barzanji syirik. Nariyah syirik. Sekarang Li khomsatun juga syirik. Kok semua serba syirik menurut Salafi? Sebab pemahaman Tawassul dengan orang-orang yang sudah wafat menurut mereka adalah syirik.

Bagi kita tidak syirik. Mana dalilnya? Mau minta berapa?

  1. Nabi mengajarkan doa Tawassul kepada Sahabat yang tidak bisa melihat (HR Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)
  2. Tawassul tersebut diajarkan oleh Sahabat Utsman bin Hunaif kepada orang yang hendak menemui Sayidina Utsman, bertawassul dengan Nabi Muhammad padahal Nabi sudah wafat (Riwayat Thabrani)

Ibnu Taimiyah mengutip doa tawassul seperti diatas dan ia mengatakan bahwa ulama salaf membacanya, yaitu:

رَوَى ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِيْ كِتَابِ مُجَابِي الدُّعَاءِ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُوْ هَاشِمٍ سَمِعْتُ كَثِيْرَ بْنَ مُحَمَّدِ بْنِ كَثِيْرِ بْنِ رِفَاعَةَ يَقُوْلُ جَاءَ رَجُلٌ إلَى عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سَعِيْدِ بْنِ أَبْجَرَ فَجَسَّ بَطْنَهُ فَقَالَ بِكَ دَاءٌ لَا يَبْرَأُ. قَالَ مَا هُوَ؟ قَالَ الدُّبَيْلَةُ. قَالَ فَتَحَوَّلَ الرَّجُلُ فَقَالَ اللهَ اللهَ اللهَ رَبِّيْ لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا اللّٰهُمَّ إنِّيْ أَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ صلى الله عليه وسلم تَسْلِيْمًا يَا مُحَمَّدُ إنِّيْ أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ وَرَبِّيْ يَرْحَمُنِيْ مِمَّا بِيْ. قَالَ فَجَسَّ بَطْنَهُ فَقَالَ قَدْ بَرِئَتْ مَا بِكَ عِلَّةٌ. قُلْتُ فَهَذَا الدُّعَاءُ وَنَحْوُهُ قَدْ رُوِيَ أَنَّهُ دَعَا بِهِ السَّلَفُ وَنُقِلَ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ فِيْ مَنْسَكِ الْمَرْوَذِيِّ التَّوَسُّلُ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي الدُّعَاءِ وَنَهَى عَنْهُ آخَرُوْنَ مجموع الفتاوى ۱/۲۶۴ وقاعدة جليلة في التوسل والوسيلة ۲/۱۹۹

“Ibnu Abi al-Dunya meriwayatkan dari Katsir bin Muhammad, Ada seorang laki-laki datang ke Abdul Malik bin Said bin Abjar. Abdul Malik memegang perutnya dan berkata: “Kamu mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan”. Lelaki itu bertanya: “Penyakit apa?” Ia menjawab: “Penyakit dubailah (semacam tumor dalam perut)”. Kemudian laki-laki tersebut berpaling dan berdoa: “Allah Allah Allah.. Tuhanku, tiada suatu apapun yang yang menyekutuinya. Ya Allah, saya menghadap kepadaMu dengan nabiMu Muhammad Nabi yang rahmah Saw. Wahai Muhammad saya menghadap pada Tuhanmu denganmu (agar) Tuhanku menyembuhkan penyakitku”. Lalu Abdul Malik memegang lagi perutnya dan ia berkata: “Penyakitmu telah sembuh”. Saya (Ibnu Taimiyah) berkata: “Doa semacam ini diriwayatkan telah dibaca oleh ulama salaf, dan diriwayatkan dari Ahmad bin Hanbal dalam al-Mansak al-Marwadzi bahwa beliau bertawassul dengan Rasulullah dalam doanya. Namun ulama yang lain melarang tawassul”. (Majmu’ al-Fatawa, I/264, dan al-Tawassul wa al-Wasilah, II/199)

  1. Sawad bin Qarib bersyair:

ﻭَﺃَﻧَّﻚَ ﺃﺩﻧﻰ اﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻭﺳﻴﻠﺔ * ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻳﺎ ﺑﻦ اﻷﻛﺮﻣﻴﻦ اﻷﻃﺎﻳﺐ

Aku bersaksi bahwa sesungguhnya engkau (Muhamad) adalah paling dekatnya perantara kepada Allah, wahai putra orang-orang mulia dan baik.

ﻓَﻔَﺮِﺡَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑُﻪُ ﺑِﻤَﻘَﺎﻟَﺘِﻲ ﻓَﺮَﺣًﺎ ﺷَﺪِﻳﺪًا، ﺣَﺘَّﻰ ﺭُﺋِﻲَ اﻟْﻔَﺮَﺡُ ﻓِﻲ ﻭُﺟُﻮﻫِﻬِﻢْ.

Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat sangat senang dengan perkataan saya, hingga kebahagiaan itu terlihat di wajah mereka (Al Hafidz Ibnu Katsir, Al Hidayah wa Nihayah 2/408)

  1. Madzhab Hambali

ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﻓِﻲ ﻣَﻨْﺴَﻜِﻪِ اﻟَّﺬِﻱ ﻛَﺘَﺒَﻪُ ﻟِﻠْﻤَﺮُّﻭﺫِﻱِّ: ﺇﻧَّﻪُ ﻳﺘﻮﺳﻞ ﺑِﺎﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺩُﻋَﺎﺋِﻪِ

Ahmad bin Hambal menulis surat kepada Marrudzi bahwa boleh bertawassul dengan Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam berdoa (Ibnu Muflih Al Hanbali, Al-Furu’, 3/229)

  1. Apakah selain Nabi shalallahu alaihi wasallam boleh dijadikan wasilah kepada Allah? Boleh. Berikut Riwayatnya:

ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﻋَﻠِﻢَ اﻟْﻤَﺤْﻔُﻮﻇُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃﻥ ﺑﻦ ﺃُﻡِّ ﻋَﺒْﺪٍ ﻣِﻦْ ﺃَﻗْﺮَﺑِﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻰ اﻟﻠَّﻪِ ﻭﺳﻴﻠﺔ

Orang-orang yang dijaga dari para Sahabat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam tahu bahwa Ibnu Mas’ud adalah perantara yang paling dekat kepada Allah (Sahih Ibnu Hibban)

Dalam Syair Li Khomsatun itu yang dijadikan Tawassul meminta kepada Allah adalah Nabi dan keluarganya, Sayidah Fathimah, Sayidina Ali, Sayidina Hasan dan Sayidina Husain. Mengapa 5 tersebut yang dipilih? Sebab beliau inilah yang disebut Ahlul Bait berdasarkan hadis sahih:

ﻭَﻟَﻤَّﺎ ﻧَﺰَﻟَﺖْ ﻫَﺬِﻩِ اﻵْﻳَﺔُ: {ﻓَﻘُﻞْ ﺗَﻌَﺎﻟَﻮْا ﻧَﺪْﻉُ ﺃَﺑْﻨَﺎءَﻧَﺎ ﻭَﺃَﺑْﻨَﺎءَﻛُﻢْ} ﺩَﻋَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻠِﻴًّﺎ ﻭﻓﺎﻃﻤﺔ ﻭَﺣَﺴَﻨًﺎ ﻭَﺣُﺴَﻴْﻨًﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَ: «اﻟﻠﻬُﻢَّ ﻫَﺆُﻻَءِ ﺃَﻫْﻠِﻲ»

Ketika turun ayat: “… maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu…” (‘Āli `Imrān: 61) maka Nabi memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian Nabi bersabda: “Ya Allah. Mereka inilah keluargaku” (HR Muslim)

Sumber: Fb KH. Ma’ruf Khozin

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »