ASWAJADEWATA.COM |
Menyampaikan salam keluarga besar PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Kepada para Aulia.
Semoga kita mendapatkan keberkahan mereka.
Jika di Tarim Yaman ada Maqbarah Zanbal, maqbarahnya para aulia , maka di Negeri Maghribi (Maroko) ada Maqbarah Bab Futuh yang lahannya terhampar luas di dua pegunungan di pinggiran Kota Fez.
Adapun di antara deretan para aulia di maqbarah tersebut terdapat Syeikh Abdul Wahab At-Tazi. Pengarang Shalawat Nariyah. At-Tazi merupakan nisbah kepada Tazah, suatu daerah yang berada di Maroko.
Di antaranya pula, Syekh Abdul Aziz Ad-Dabbagh wali masyhur yang disebutkan dalam Tartibul Fawatih (khususan) PP. Sukorejo tercinta.
Kuhusunya, pada saat membaca wiridan Syawariqul Anwar.
Maqbarah At-Tazi dan Ad-Dabbagh berkubah di antara kuburan yang lain. Hal ini menunjukkan keistemewaan keduanya di antara para aulia di maqbarah tersebut.
Cangkolang (madura red.), mohon ijin dalam rangka tabarrukan, kami kutip sekilas di antara kisah karomah masyhur beliau.
عند ذكر الأوليآء تنزل الرحمة
” Ketika diceritakan para wali, turunlah rahmat Allah”
Syekh Abdul Aziz Ad Dabbagh (1090H-1131H) masyhur sebagai wali dan tokoh sufi yang memiliki kepribadian ahli beribadah. Berkah ketekunan dan keikhlasannya dalam beribadah telah mengubah daftar namanya di Lauhil Mahfudz sbg penduduk neraka menjadi penghuni syurga.
Diriwayatkan bahwa faktor penyebabnya adalah karena beliau pernah melakukan suatu kesalahan kepada ibunya. Mungkin kesalahan tersebut dianggap “sepele” menurut ukuran orang awam, namun dinilai besar dan serius di hadapan Allah karena dilakukan oleh orang besar.
Semoga kisah ini mengispirasi kita semua bahwa ikhlas dan istiqomah dalam wirid dan ibadah itu sangat penting. Sebaliknya dosa dan kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal dalam kehidupan.
Alkisah, suatu ketika malaikat melihat nama Syekh Abdul Aziz Ad Dabbagh tercatat di Lauhul Mahfudz sebagai penghuni neraka.
Melihat hal tersebut, malaikat merasa iba dan dengan izin Allah malaikat tersebut menyamar untuk menemui Syekh Abdul Aziz,. Malaikat berkata,
“Wahai Abdul Aziz untuk apa engkau beribadah sampai segitu tekun? Sedangkan aku melihat namamu di Lauhil Mahfudz sebagai penghuni neraka. Beribadah sebanyak apapun engkau tetap akan masuk neraka,”
Mendengar perkataan malaikat itu, Syekh Abdul Aziz kemudian menjawab, bahwa tugasnya hanya beribadah kepada Allah semata. Sementara surga ataupun neraka bukan urusannya. Dan malaikat pun sangat mengagumi keikhlasannya dalam beribadah.
Suatu ketika, malaikat kembali ke Lauhul Mahfudz dan melihat nama Syekh Abdul Aziz telah diubah oleh Allah menjadi penghuni surga. Lantas, malaikat kembali menemui Syekh Abdul Aziz untuk memberitahukan bahwa namanya telah diubah oleh Allah Swt sebagai penghuni syurga.
Mendengar kabar tersebut, Syekh Abdul Aziz kembali menjawab bahwa hal itu bukan urusannya. Allah-lah yang menentukan takdir hamba-Nya. Dia beribadah hanya untuk mencari ridha Allah SWT semata. “Jika Allah ridha aku di neraka, maka itulah tempatku nantinya,” jawabnya.
Malaikat berkata, “Wahai Abdul Aziz karena ikhlasmu ini yang membuat Allah ridha dan merubah namamu sebagai penghuni surga.”
Lalu apa yang menyebabkan saya sebelumnya menjadi ahli neraka? Dosa apa yang saya perbuat,” tanya Syekh Abdul Aziz Ad-Dabbagh.
Malaikat berkata, “Masih ingatkah ketika suatu saat engkau tidur di kamarmu, kemudian engkau mendengar suara langkah kaki ibumu menuju tempat tidurmu untuk menyuruhmu membeli sesuatu di pasar?” Lalu engkau pura-pura masih tertidur, padahal engkau sudah terbangun agar engkau tidak disuruh pergi ke pasar,”
Ibu Syekh Abdul Aziz Ad-Dabbagh yang melihat dirinya masih tertidur kemudian merasa kasihan dan urung membangunkannya.
“Sebab engkau bohongi ibumu membuat Allah murka dan menjadikan namamu sebagai calon penghuni neraka,” kata malaikat.
Mendengar cerita dari malaikat itu, kemudian Syekh Abdul Aziz Ad Dabbagh beristighfar memohon ampun kepada Allah Swt.
Semenjak itu, sisa hidup Syekh Abdul Aziz Ad Dabbagh digunakan untuk pengajian menuntun umat dengan mengingatkan agar senantiasa berbakti kepada orang tua untuk mendapatkan karunia Allah, terutama berbakti kepada ibu.
Di sini alfakir teringat dengan kalam hikmah pengasuh di suatu di pengajian. Kurang lebih berbunyi demikian;
“Jika di dunia ini ada orang sukses, maka yakinlah di belakangnya ada peran dua wanita hebat yang senantiasa menyertai kesuksesannya. Pertama, ibu tercinta yang mendoakannya. Kedua, istri baik hati yang setia mendampinginya”.
Semoga bermanfaat
Penulis: Ustadz Khoiruddin Habziz
(Katib Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo)