Saturday 20th April 2024,

Fiqih Asmara: Manajemen Cinta & Kriteria dalam Memilih Pasangan Hakiki

Fiqih Asmara: Manajemen Cinta & Kriteria dalam Memilih Pasangan Hakiki
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh : Rafiq Anshari

Setiap insan tentu memiliki naluri terhadap lawan jenis (Gharizah an-Nau’), hal tersebut diawali dengan perasaan yang ada dalam hatinya, sehingga ia pun jatuh cinta kepada seseorang. Akan tetapi, tidak jarang di zaman millenial ini, orang-orang terutama anak muda yang terjebak dengan kata cinta, sehingga banyak yang merasakan penyesalan di akhir kisah cintanya, karena mungkin salah satu diantara keduanya, ada yang tidak setia atau bahkan terjadi hubungan di luar nikah, na’udzubillah.

Maka, cinta yang sesungguhnya adalah ketika seorang insan mencintai karena Allah, sesuai dengan tuntunan syari’at serta mengajak kepada kebaikan semata-mata untuk menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla.

Dalam hal ini, sang Murabbi (KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy) menegaskan kepada para santrinya agar senantiasa tidak terjebak terhadap kata-kata manis seseorang yang dibungkus dengan kata cinta, karena bisa jadi kata-kata yang keluar dalam lisannya hanya sebatas angin yang singgah sementara kemudian hilang begitu saja. Oleh karenanya, cintailah orang yang mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya. Sebab, apabila Allah Swt dan Rasul-Nya ia tinggalkan, apalagi diri kita yang berstatus sebagai hamba dan umatnya.

Sebagai solusinya, muslim yang cerdas akan menanggapi biasa-biasa saja apabila menerima kata-kata cinta dari seseorang yang tak dikenalnya. Terkait hal mencintai, kita diberi pesan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw, agar mencintai seseorang dengan sekedarnya saja dan tidak terlalu membenci kepada orang yang tidak kita sukai, sebagaimana hadits yang datang dari Abu Hurairah ra. secara marfu’, beliau Saw bersabda;أَ

حْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُوْنَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُوْنَ حَبِيْبَكَ يَوْمًا مَا

Artinya: Cintailah kekasihmu sewajarnya, bisa jadi suatu saat ia akan menjadi orang yang kamu benci (tidak disukai). Dan bencilah orang yang kamu tidak sukai sewajarnya, bisa jadi suatu saat ia akan menjadi orang yang kau cinta (HR. Tirmidzi).

Merupakan suatu anugerah yang datang dari Sang Maha Cinta (Allah Swt), Ia menciptakan manusia tiada lain untuk saling mengenal dan berpasang-pasangan antar lawan jenis. Maka, bisa diartikan juga bahwa solusi bagi orang yang tidak ingin terjebak cinta, ialah mendekati sang pemilik cinta, yakni, Allah Swt. Karena dengan mendekati penciptanya, insya Allah akan mendapatkan ciptaannya, dan sebaik-baik ciptaannya ialah dengan memilih pasangan yang baik agamanya. Bukankah dengan memilih pasangan yang baik agamanya, akan lebih dekat kepada Sang Maha Cinta, terlebih bagi seorang lelaki yang ingin meminang sang gadis, Rasulullah Saw menganjurkan untuk memilih pasangan yang shalihah dan baik agamanya, berikut sabda beliau;

وَعَنْ أبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( تُنْكَحُ النِّسَاءُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ )) متفق عليه

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda; Wanita itu dinikahi karena empat perkara: 1. Karena hartanya, 2. Karena keturunannya, 3. Karena kecantikannya, dan 4. Karena Agamanya. Maka pilihlah wanita yang (baik) Agamanya, niscaya kamu beruntung (Muttafaqun ‘Alaih).

Adapun yang dimaksud dengan wanita yang shalihah/baik agamanya adalah ia yang taat kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta memelihara dirinya disaat sang suami tidak ada, sebagaimana disebutkan dalam penggalan ayat QS. An-Nisa’ (4) ayat 34 berikut ini.

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ

Artinya: Sebab itu, maka wanita yang shalihah ialah, yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).

Lalu, bagaimana cara memiliki pasangan yang dimaksud? Teringat terhadap dawuh yang disampaikan oleh KHR. Achmad Azaim Ibrahimy, bahwasanya dengan memperbaiki atau menjadikan shalih diri kita, maka insya Allah akan diberi pasangan yang shalihah pula. Berikut dawuh yang pernah disampaikan beliau, “Shalihkan dirimu! Maka engkau akan mendapatkan wanita shalihah”.

Tentunya apa yang disampaikan oleh Kyai Azaim, sesuai dengan firman Allah Swt yang termaktub dalam penggalan ayat Al-Qur’anul Karim Surah An-Nur (24) ayat 26 berikut ini.

وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ

Artinya: Dan perempuan-perempuan yang baik (shalihah) untuk laki-laki yang baik (shalih) dan laki-laki yang baik (shalih) untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).

Jika sudah mampu mengaplikasikan beberapa hal yang tertera diatas, selanjutnya cinta yang dilandasi dengan iman dan niat karena semata-mata ingin menggapai ridha dari sang Maha Cinta (Allah Swt), akan membawa keduanya lebih dekat kepada Rabbul al Amin, inilah yang kemudian dinamakan cinta yang mengajak kepada sang Maha Cinta. Oleh karenanya, jika kedua pasangan yang sudah saling cinta karena Allah, maka dianjurkan untuk menengadahkan kedua tangan seraya berdo’a kepada sang Maha Cinta, seperti do’a yang pernah dilantunkan oleh Baginda Rasulullah Saw.

اﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻣُﺼَﺮِّﻑَ اﻟْﻘُﻠُﻮﺏِ ﺻَﺮِّﻑْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻃَﺎﻋَﺘِﻚَ

Artinya: Ya Allah dzat yang maha menggerakkan hati, gerakkanlah hati kami untuk taat (beribadah) kepadamu.

Beberapa ungkapan diatas, seakan mengajak kita untuk menjadikan hal tersebut sebagai motivasi agar tidak lagi terjebak dalam perkara cinta yang tak murni datangnya dari Ilahi, hal ini menuntun al-faqir ilallah untuk merangkai sebuah puisi, yang al-faqir beri judul “Mengagumi dalam Diam”.

Telah hadir sosok bidadari yang dikagum-kagumi
Yang membuat hati para lelaki tertakjub, ingin memiliki
Termasuk jiwa ini, yang setiap kali menyebut namanya dikala sepi
Karena mulianya perangai yang ia miliki…

Lalu sejenak merenung diri ini, apakah pantas tuk memiliki?
sedangkan belum menjadi pria shalih seperti yang disampaikan Murabbi..

Duh, akankah cinta terus terpendam tanpa mengungkapkan isi hati? Barangkali puisi ini menjadi sebab tersingkapnya rasa dalam hati

Kepada ia, sang bidadari yang kukagumi…

Al-hasil, sebagai muslim sejati, cukuplah wanita shalihah menjadi idaman bagi pria shalih, dan begitu sebaliknya, wanita yang shalihah mengidamkan pria yang shalih, karena dengan hal tersebut, dapat menjadikan dirinya untuk lebih dekat dengan sang Maha cinta, Allah Swt. Insya Allah, jika hal tersebut diniatkan semata-mata tuk menggapai ridha-Nya, maka tak akan lagi terjebak dengan kata cinta, karena ia telah menemukan makna sejati tentang cinta.
والله أعلم

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »