ASWAJADEWATA.COM | KARANGASEM
Bali terkenal sebagai pulau yang kaya akan seni budaya yang mengakar kuat sejak dulu. Kesenian – kesenian tersebut tak sebatas kesenian yang dipertunjukkan semata. Melainkan sebagai ritual agama bahkan juga dakwah Islam.
Khususnya di Bali timur, atau tepatnya di Kabupaten Karangasem terdapat kesenian yang cukup mirip dengan kidung atau kekawin yang mirip dengan yang sering kita dengar saat ada upacara – upacara di Bali.
Bedanya kidung ini menceritakan Hikayat peristiwa Isra Mi’raj yang naskahnya ditulis dalam bahasa Arab Melayu. Yang dibacakan dengan perpaduan cengkok khas Melayu dan Kidung dan kemudian secara bersahutan diterjemahkan ke dalam Bali halus atau klasik. Bahkan ada juga versi bahasa Sasak Lombok.
Di sela acara peringatan Isra’ Mi’raj di Masjid Al-Abror Kampung Islam Sinduwati, Sidemen Karangasem, Aswajadewata sempat mewawancarai Bapak Ahmad Yusuf selaku pembaca Naskah Hikayat Isra Mi’raj.
Pria asal Saren Jawa, Karangasem ini mengungkapkan, hikayat ini telah ada sejak Islam masuk ke Bali dan terjadi akulturasi. Dan di masa kini masih dilestarikan dan dilantunkan saat peringatan hari Isra’ Mi’raj di wilayah Kabupaten Karangasem, Bedugul hingga Klungkung.
Namun di masa sekarang, sangat sedikit generasi muda yang menguasai kesenian ini. Padahal ini merupakan salah satu bukti syiar Islam di Bali pada masa lampau serta menjadi warisan dan identitas budaya Muslim Bali.
Hikayat ini dibaca selepas rangkaian Sholat Isya Berjama’ah hingga semalam suntuk. Dan dihadiri hampir seluruh warga Kampung Islam Sindu.
Penulis: Agus Surya