NU Sebagai Thariqot Perjuangan

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

Penulis: Syamsul A. Hasan

Penulis buku Kiai Fawaid As’ad: Kepribadian, Pemikiran, dan Perilaku Politik. 

“NU bagi Kiai As’ad merupakan satu-satunya thariqot dan sarana perjuangan. Karena NU adalah ormas yang memperjuangkan Islam ahlussunnah wal jamaah dan warisan gurunya,” demikian dawuh Kiai Fawaid tentang sang aba, Kiai As’ad, sebagaimana tercatat dalam buku Kiai Fawaid As’ad: Kepribadian, Pemikiran, dan Perilaku Politik.

Dawuh ini bukan sekadar ungkapan, tetapi sebuah cerminan mendalam dari ikatan emosional dan spiritual antara individu dan organisasi.

Dari sudut pandang psikologi organisasi, dawuh ini menggambarkan bagaimana identitas individu dapat terintegrasi dengan organisasi yang mereka dukung. Kiai As’ad melihat NU tidak hanya sebagai sebuah organisasi keagamaan, tetapi sebagai jalan hidup, sebuah thariqot yang menjadi sarana utama dalam perjuangan menegakkan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah. Hal ini sejalan dengan teori identitas sosial, di mana individu merasa menjadi bagian dari kelompok yang lebih besar, sehingga keberhasilan kelompok menjadi refleksi dari identitas pribadi mereka.

Dalam konteks ini, NU menjadi lebih dari sekadar organisasi; ia adalah sebuah ekosistem nilai yang menghidupkan dan menggerakkan anggotanya. Psikologi organisasi menekankan pentingnya nilai-nilai inti yang dianut oleh sebuah organisasi dalam membangun komitmen dan loyalitas anggotanya. Bagi Kiai As’ad, NU adalah perwujudan nyata dari ajaran gurunya, sebuah warisan yang harus dijaga dan diteruskan. Komitmen ini mencerminkan apa yang disebut komitmen afektif, di mana keterikatan emosional dan keyakinan terhadap nilai-nilai organisasi mendorong anggota untuk berkontribusi secara aktif.

Selain itu, dawuh ini menyoroti pentingnya warisan kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan transgenerasional, di mana nilai-nilai dan visi organisasi diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, menjadi kunci keberlanjutan dan kekuatan NU. Psikologi organisasi menegaskan bahwa pemimpin yang mampu menanamkan nilai-nilai inti kepada penerusnya akan memastikan bahwa organisasi tetap relevan dan kuat dalam menghadapi tantangan zaman.

Motivasi di balik perjuangan Kiai As’ad juga menunjukkan motivasi intrinsik yang kuat. Bagi beliau, memperjuangkan NU adalah panggilan hidup yang melampaui kepentingan pribadi. Menurut teori motivasi, individu yang termotivasi secara intrinsik cenderung memiliki dedikasi yang lebih tinggi dan kinerja yang lebih baik karena mereka didorong oleh tujuan yang lebih besar daripada diri mereka sendiri.

Dawuh Kiai Fawaid tersebut mengajak kita untuk merenungkan bagaimana sebuah organisasi dapat menjadi lebih dari sekadar struktur; ia dapat menjadi jalan hidup yang penuh makna. Dawuh Kiai Fawaid mengajarkan bahwa perjuangan sejati dalam sebuah organisasi adalah perjuangan yang berakar pada nilai-nilai luhur, komitmen yang tulus, dan warisan yang dijaga dengan penuh cinta dan penghormatan. Sebuah refleksi mendalam tentang bagaimana organisasi dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan spiritual dan sosial yang lebih tinggi.

diunggah oleh:

Picture of Muhammad Ihyaul Fikro

Muhammad Ihyaul Fikro

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »