ASWAJADEWATA.COM |
Di Mesir, saya punya teman Muhammadiyah yang sangat NU sekali menurut saya. Paling tidak dari segi amalan, meski gak punya kartu NU. Dia suka tahlilan, ziarah makam, burdahan, maulidan, suka mendengarkan kasidah-kasidah shalawatan, dan lain-lain.
Di sisi lain, sebagai orang NU, saya suka sekali dan kagum dengan tulisan-tulisan Buya Hamka, yang merupakan pembesar Muhammadiyah. Beliau ulama sekaligus seorang sastrawan hebat di zamannya. Ketika di pesantren, pas berada di perpustakaan, saya terkadang iseng membaca Tafsir al-Azhar karya beliau demi mempelajari bagaimana cara beliau menulis. Dari karya sastra, setidaknya Novel beliau, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck berhasil menenggelamkan jiwa saya dalam duka Zainuddin dan Hayati. Hehe. Melihat Buya Hamka, saya teringat sosok seperti Ibnu Hazm, faqih Andalusia yang karya sastranya mampu menggetarkan jiwa pembacanya selama berabad-abad. Setidaknya, saya Muhammadiyah dari sisi bacaan. Hehe. Buya Hamka mampu menggabung keindahan dalam orator juga keindahan dalam tulisan!
Di Mesir juga, kadang orang-orang NU ketika shalat di al-Azhar atau di selainnya, terpaksa menjadi Muhammadiyah sejenak waktu dengan tidak melakukan Qunut Subuh. Bukan karena imamnya orang Muhammadiyah. Bukan. Tapi memang barangkali imamnya bukan syafi’i.
Habib Muhammad Quraish Shihab secara amaliyah, NU sekali: Maulidan, Haul, Ratibul Haddad, Wirdul Lathif, dll. Tapi dari sisi pendidikan, beliau pernah sekolah di Muhammadiyah ketika di mondok di Malang. Ketika ditanya, beliau menjawab:
“Saya menganut Islam Nusantara yang berkemajuan!” Saya NU yang Muhammadiyah. Gitu kira-kira maksud beliau.
Di Mesir, juga ada hal yang juga unik. Di masjid makam masjid Imam Abdurrahman Qasim, dan para murid-murid Imam Malik yang membawa mazhabnya ke Mesir, Imam Shalatnya bermazhab Syafi’i. Sementara Imam di Masjid Imam Syafi’i, bermazhab Maliki. Setidaknya dari situ, kita bisa melihat kedewasaan dalam perbedaan.
Hari ini Harlah NU. Semoga NU semakin bisa mempererat persaudaraan dengan umat Islam di ormas lain, dan menjaga kedamaian Indonesia.
إذا كنت نهضيا فكن متوسطا
ولا تبدِ بغضاءً ولا متعصبا
Jika engkau orang NU, jadilah sosok yang moderat. Jangan menampakkan kebencian jangan pula fanatik buta.
وكونوا عباد الله إخوانَ قلبهم
ولا تجعلوا فيهم سوى الحبِّ مذهَبَا
Jadilah saudara jiwa bagi hamba-hamba Allah yang lain. Jangan mengambil jalan dalam bermuamalah dengan mereka selain jalan cinta
عجبتُ لنهضيٍّ يحبُّ تفرقا
وما في ادعاءٍ فيه إلا تكَذُّبا
Aneh sekali kepada orang yang mengaku NU tapi suka perpecahan! Apa yang dia daku tak lain hanyalah kebohongan!
بجاهكَ يا قهارُ فاقهر نفوسنا
بجاهك يا جبار فاجبر تحَبُّبَا
Atas nama kekuasaan-Mu, wahai Maha Penakluk, Taklukkan diri kami.
Atas nama kekuasaan-Mu, Wahai Zat Yang Memaksa, tamballah luka kami dengan Cinta!
[الشيباني الإندونيسي]
Madinatul Buuts, 31 Januari 2021
Biografi dua tokoh yang saya kagumi:
Kiai As’ad: mediator pendiri NU
Buya Hamka.
Rahimahumallah