Penyuluh Agama, Sebagai Teman Generasi Muda Melewati Transisi Era Digital

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Dyna Mardiana, M.Sos.

Perkembangan zaman kian hari semakin bertambah pesat, perubahan tersebut ditandai dengan penggunaan teknologi yang semakin canggih sehingga memudahkan seseorang untuk melakukan aktivitas. Salah satu teknologi yang berkembang sangat pesat adalah teknologi informasi dan komunikasi.

Pada zaman dahulu seseorang bertukar kabar melalui surat yang membutuhkan waktu berhari-hari, kini setiap orang bisa memanfaatkan teknologi (gadget) dan internet untuk berkomunikasi secara singkat dan tak terbatas. Namun perkembangan teknologi dewasa ini tidak sesuai dengan kesiapan perkembangan mental para generasi muda dalam menyikapi pemanfaatan teknologi tersebut. Padahal, jika mereka cerdas memainkan peran dan fungsi teknologi tersebut, para pemuda akan menjadi generasi yang mampu berinovasi, mandiri, memiliki kecerdasan mengambil keputusan dan mengatasi masalah, berdaya saing tinggi, dan hal-hal lain  yang bernilai positif.

Fenomena ini dikenal dengan sebutan “Narkolema”. Narkolema (Narkoba lewat mata) atau yang lebih kita kenal dengan pornografi. Tersusun dari dua kata, yaitu pornos yang berarti melanggar kesusilaan atau cabul dan grafis yang berarti tulisan, gambar, atau patung, atau barang pada umumnya yang berisi atau menggambarkan sesuatu yang menyinggung rasa susila dari orang yang membaca atau melihatnya. Makna pornografi menurut Kamus Besar bahasa Indonesia merupakan penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi serta bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata mata dirancang untuk membangkitkan gairah seksualitas.

Permasalahan Narkolema (narkoba lewat mata) atau pornografi masih menjadi permasalahan yang pelik sampai saat ini. Kecanduan narkolema dalam hal ini pornografi, dapat menyebabkan kerusakan moral yang memicu permasalahan kekerasan seksual.

Banyak kasus di beberapa sekolah yang tersebar di media. Diantaranya para siswa dengan leluasa melakukan tindakan Bullying, Kecanduan game online, tindakan pelecehan seksual oleh sesama teman, dan hubungan sesama jenis (LGBT). Tidak dapat dipungkiri kasus ini semua merupakan efek dari “Narkolema” (Narkoba Lewat Mata) yang sangat berpengaruh terhadap Sikap/Akhlak dan mental generasi muda.

Kecanggihan teknologi informasi serta berbagai tayangan yang disuguhkan tanpa batas tentu sangat sulit untuk disortir, mana konten yang baik dan pantas untuk dikonsumsi. Berawal dari tayangan yang tidak disengaja dilihat, karena penasaran hingga pada akhirnya menjadi kecanduan merupakan tahapan awal seseorang menuju gerbang adiksi pornografi.

Menurut Mark B Kastleman, pornografi adalah narkoba di era milenium baru yang membuat dunia berada di tengah-tengah bencana yang mengerikan. Selain dapat mengacaukan kehidupan, pornografi dapat merusak otak, khususnya pada bagian PFC (Pre Frontal Cortex). PFC adalah kontrol di area kortikal pada otak bagian depan yang mengatur fungsi kognitif dan emosi. Jika PFC rusak, maka akan timbul gejala-gejala yang ditandai dengan kurangnya daya konsentrasi, disorientasi benar dan salah, berkurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan, dan menjadi pemalas.

Jika sebab narkotika, otak dapat mengalami kerusakan di tiga titik bagian otak, namun karena narkolema otak dapat mengalami kerusakan di lima titik pada bagian otak tersebut.

Selaras dengan pernyataan itu, Ahmad Sofian dalam laman Republika.co.id mengungkapkan dari data End Child Prostitution and Trafficking (ECPAT), pada tahun 2019 Indonesia menemukan sekitar 50% anak remaja yang kecanduan pornografi pernah melakukan kekerasan seksual kepada anak lain (Kartika Raharja, 2019). Kondisi ini diperparah dengan kenyataan masyarakat Indonesia yang menduduki peringkat nomor dua negara pengakses situs pornografi di dunia pada tahun 2017 lalu.

Pada Era digitalisasi ini, peran penyuluh agama Islam sangat diharapkan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, khususnya bagi para remaja yang menjadi pelopor dan penerus bangsa yang beradab dan berdaya saing. Penyuluhan agama dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan agama, sehingga dapat meningkatkan kualitas spiritual masyarakat. Sehingga pada giliran selanjutnya dapat mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang beragama dan beradab.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 516 tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Penyuluh Fungsional dinyatakan bahwa; fungsi utama penyuluh agama Islam adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama kepada masyarakat.
Bimbingan dan penyuluhan yang telah dilakukan selama ini di tengah-tengah para generasi muda berfokus pada pembinaan akhlaq dan mental baik dari program-program yang di_setting sedemikian rupa, bersifat konsultatif. Bagaimana membangun kedekatan satu sama lain. Pembekalan kreatifitas buat para remaja sehingga kesibukan mereka diisi dengan hal-hal yang bermanfaat dan sebagai bekal untuk masa depan mereka.

Sebagai contoh, para remaja di Kota Binjai di tempat penulis bertugas diarahkan untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam berbisnis dalam skala kecil, dimana penyuluh agama hadir selaku fasilitator di lapangan. Baik mengedukasi maupun sebagai partner buat para remaja. Bimluh ini dimulai dari mesjid ke mesjid, dari sekolah ke sekolah, melalui komunitas sebaya, para remaja berkerjasama dan berkolaborasi dengan pemerintah kota Binjai dan dinas kesehatan dengan program posyandu sehat remaja, sehingga penyuluh mampu mengarahkan para remaja tepat pada sasarannya. Di beberapa titik setiap penjuru negeri ini sudah banyak generasi yang tidak lagi mampu bersaing dengan kemajuan zaman. Berharap dari para remaja yang dibina ini ada secercah harapan untuk mampu menempa para generasi muda yang tidak terpengaruh dengan hal-hal negatif perusak masa depan mereka ditengah gempuran negatif digitalisasi literasi.

Sebenarnya tiada yang salah dengan literasi digital. Yang salah adalah ketidakmampuan kita bersanding dengan kemajuan tersebut.

Maka disinilah penyuluh diharap mampu menjadi partner para remaja. Menjadi tempat konsultasi yang asik bagi para generasi muda yang belum memiliki kestabilan emosi, spritual dan mental selayaknya, seperti garis putus-putus agar mereka tak merugi dan kehilangan masa depan.

Penyuluh pasti mampu memainkan peranan sebagai penerang dan garda terdepan bagi umat dan masyarakat, khususnya remaja sebagai harapan masa depan bangsa dan penentu garis nyata perjuangan, retorika, dan harga diri bangsa yang beradab. Hingga mampu bersaing di mata dunia.

Penyuluh bergerak dan berkarya, hidup jayalah penyuluh…

(Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Kota Binjai, Sumatera Utara)

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »