Friday 19th April 2024,

Refleksi Harlah IPNU Ke-68; Kaderisasi Bukan lagi Sekedar Romansa di Warung Kopi, Tapi Saatnya Kapasitas Berakselerasi

Refleksi Harlah IPNU Ke-68; Kaderisasi Bukan lagi Sekedar Romansa di Warung Kopi, Tapi Saatnya Kapasitas Berakselerasi
Share it

ASWAJADEWATA.COM  |

Oleh: Rifqi Fauzi

“Akselerasi Pelajar untuk Peradaban Dunia”, luar biasa nian tema Harlah IPNU yang ke 68. Akselerasi, kata tersebut muncul dan seolah memberikan gambaran bahwa hari ini semua bergerak sedemikian cepat terutama dalam perkembangan teknologi Informasi yang dapat berubah hanya dalam hitungan dekit. Hal tersebut seakan menuntut Organisasi Pelajar NU bukan lagi sekedar tempat berkumpulnya anak-anak orang NU yang sibuk berargumen di sudut warung kopi. Tapi menjadi organisasi yang kuat dalam cepatnya akselerasi.

Tema Harlah IPNU sepatutnya bukan sekedar dielu-elukan karena narasi yang sedemikian indah. Namun harusnya menjadi sebuah tamparan bagi kita kader IPNU, bahwa apakah kita sudah sekuat itu untuk menjadi penentu peredaban ?

Jika kita tarik sedikit ke beberapa tahun belakangan kita akan menemukan sebuah gagasan yang kian menarik dalam Buku yang Bernama Pedoman Kaderisasi IPNU tahun 2018. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Paradigma kaderisasi yang dikembangkan oleh IPNU adalah paradigma transformatif. Paradigma ini berarti mengupayakan peningkatan profesionalisme dan kapasitas kader di satu sisi, dan pengembangan daya kritis dan militansi kader di sisi yang lain. Tertulis dengan jelas Peningkatan Profesionalitas dan Kapasitas Kader, hal yang teramat sering kita lupakan tatkala kita bicara kaderisasi IPNU bersama secangkir Kopi.

Seringkali kita duduk bersama menikmati kopi sembari berbicara Kaderisasi yang bahkan hampir tiap akhir pekan kita diskusikan. Namun sayang yang kita narasikan hanyalah bagaimana melaksanakan kaderisasi, formal dan ketika kita dihadapkan dengan kaderisasi non-formal yaitu peningkatan kapasitas kader kita tiba-tiba menjadi sosok pengecut yang hanya berani adu gagasan di tempat perkopian dimana setelah kita beranjak kita takut untuk mengeksekusi gagasan tersebut.

Di zaman yang serba cepat dimana kita dituntut untuk ber-akselerasi ini justru pemikiran kita amat purba dengan masih saja kita mempertanyakan amaliyah yang sepatutnya sudah tidak untuk diperdebatkan. Teramat jarang kader IPNU merangsang nalar kritis untuk bisa survive dengan perkembangan zaman. Tatkala semua tengah sibuk melakukan “Investasi Saham” kita justru sibuk membahas “apa hukum Tahlilan”. disaat semua sibuk membahas “Literasi Digital Pelajar”, kader IPNU amat sibuk membahas “hukum jenggotan”. Tema Harlah disambut dengan sedemikian rentetan Sholawatan. Tidak bermaksud menyalahkan, namun alangkah lebih baik jika disambut dengan kapasitas dan skil yang terus ditingkatkan.

Kaderisasi formal yang berakselerasi sedemikian cepat tanpa ada dukungan akselerasi kaderisasi non-formal, hanya akan menghasilkan tumpukan kader-kader stagnan. Mereka hanya akan membusuk dalam siklus Formalitas ber-IPNU yang berbekal pengalaman tanpa adanya kemampuan. Maka romansa kaderisasi dengan kopi bukan lagi sekedar duduk dan berdiskusi tapi peningkatan Kapasitas Kader dalam arus akselerasi.

Menyambut harlah IPNU yang ke 68 Kaderisasi bukan hanya menjadi percepatan dalam kuantitas Kader IPNU namun Kapasitas, Skil, dan Kualitas kader harus kita akselerasikan agar terciptanya kader-kader Pelajar NU yang tangguh. Jika dahulu kita hanya kumpul-kumpul istighosahan, maka kedepan kita duduk bersama berbicara peran apa yang sudah kita lakukan dalam perubahan peradaban. Apakah kita menjadi actor utama atau sekedar figuran.

(Penulis adalah Wakil Ketua II PC IPNU Jembrana)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »