ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Stadium General STAI Denpasar Bali dengan tema “Peran PTKIS dalam Membangun Generasi Unggul dan Moderat” disampaikan oleh Sekretaris Kopertais XIV Mataram Dr. H. Nazar Naamy, M. Si bertempat di Auditorium STAI Denpasar Bali. (28/10).
Dr. H. Nazar Naamy, M. Si mengungkapkan bahwa saat ini peran dan tantangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam harus mampu memodernisasikan diri menjadi lembaga yang modern dengan tetap memperkuat akar dan tradisi Islam. Kedua, Menciptakan lulusan yang berkualitas. Ketiga, meningkatkan mutu kelembagaan yang terbuka, modern dan produktif. Keempat Pengembangan pemikiran Islam.
Kemudian dirinya mengingatkan tentang potret terkini kehidupan berbangsa dan beragama sejak akhir 1990-an terjadi peningkatan pada aksi-aksi radikal dan sikap sekterian.
“Sehingga, memunculkan konflik antar umat beragama yang kerap muncul di beberapa wilayah,” tutur Dosen UIN Mataram, Lombok itu.
Menurutnya, kekuatan Islam yang tidak ramah (uncivil Islam), sikap anti barat, anti China meningkat. Sehingga, terjadi pergeseran wajah Islam Indonesia di era reformasi dari yang ramah menjadi tampilan wajah Islam marah.
Saat ini, hampir semua orang terhubung dengan smartphone. Berinteraksi dengan media sosial melalui what’s app,, Facebook, Instagram, Twitter, Youtube dan lain sebagainya, yang ketika tidak memiliki kuota seakan-akan seperti tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain.
“Sehingga ini menjadi tantangan bagi mahasiswa,” lanjut Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo itu.
Generasi Milenial dan radikalisme berdasarkan hasil servei oleh UIN Sunan Kalijaga dengan presentase 10% kelompok muda menurutnya setuju menjadikan Indonesia Negara Islam dan boleh menggunakan kekerasan. Sedangkan Alvara Reseacrh menuliskan bahwa 23,4% pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya Negara Islam.
“Kita tidak sadar narasi-narasi yang ada di media soaial khususnya Facebook yang lebih banyak diminati, dengan tanpa adanya tabayun ataupun klarifikasi sehingga ditelan mentah-mentah info yang ada dimedia sosial,” tegas H. Nazar yang juga Ketua Tanfidziyah PCNU Lombok Barat, NTB.
Sivitas Akademika STAI Denpasar terdiri dari lintas generasi dan ini sebagai sebuah tantangan sendiri. Generasi itu diantaranya Generasi baby boomer dan generasi X,
Oleh karena itu, kekerasan agama masih menjadi pemantik aksi-aksi yang menimbulkan konflik kekerasan, penindasan, terorisme, pembunuhan, dan genosida. Padahal agama bisa membuka perspektif dan wawasan menguatkan meneguhkan komitmen, perilaku sosial yang baik serta menghargai orang lain.
Kita semua tahu bahwa agama dapat mendorong para pemeluknya mendedikasikan hidup untuk menghapus nestapa kemanusiaan. Apa yang salah dengan pengajaran kampus yang pendidikannya berbasis Islam, apakah ini persoalan individu.
Merasa benar ini menjadi persoalan-persoalan yang bersifat furuiyah dan kebenaran tunggal yang pada akhirnya melahirkan perilaku yang intoleran dan memandang orang lain sesat atau dosa besar.
“Dimana letak peran perguruan tinggi keagamaan Islam? Pertama, esensi agama adalah untuk menjaga martabat manusia dengan moderasi beragama yaitu mengembalikan esensi agama dan kedua moderasi beragama sebagai strategi kita dalam merawat keindonesiaan yang multikultural,” ungkapnya.
Sebagai penutup, H. Nazar mengatakan bahwa moderasi agama itu adalah cara pandang, bersikap dan praktek beragama dengan mengembangkan dakwah yang damai dan maslahat untuk umat dan pendidikan yang berperspektif moderat.
Penulis: Syahrial
Editor: Dadie W. Prasetyoadi