Seminar Moderasi Beragama PAC IPNU IPPNU Denpasar Selatan Ajak Pelajar Rawat Kebhinekaan

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR

PAC IPNU IPPNU Denpasar Selatan mengadakan Seminar Moderasi Beragama berlokasi di Madrasah Karakter Mutiara Bunda Bali, Minggu (2/10).

Kegiatan ini dilatarbelakangi kebutuhan dan kesadaran akan persatuan dan kesatuan karena kondisi latar belakang masyarakat Indonesia yang beragam.

Penguatan moderasi beragama di Indonesia saat ini penting dilakukan didasarkan fakta bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang  majemuk dengan berbagai macam suku, bahasa, budaya dan agama. Selain itu Indonesia juga merupakan negara agamis walau tidak berdasarkan agama tertentu.

Kegiatan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Batik Nasional 2 Oktober 2022 serta dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2022.

Rekan Fikri selaku ketua panitia kegiatan dalam sambutannya menyebutkan, “Bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Batik Nasional, kami mengkolaborasikan kedua peringatan tersebut menjadi kegiatan pendidikan karakter pelajar untuk ikut andil dalam merawat kebhinekaan dan ajang bagi pelajar untuk mencintai budaya Indonesia terkhusus mencintai Batik sebagai sejarah peradaban Indonesia.”

Seminar ini mengangkat Tema “Pendidikan Karakter Pelajar Dalam Merawat Kebhinekaan dan Mencintai Kebudayaan”. Dihadiri oleh 100 peserta dari berbagai latar belakang Agama, Organisasi Pelajar, Kemahasiswaan dan Sekolah Menengah Atas sederajat di Denpasar Selatan yang serempak menggunakan batik.

Peserta berfoto bersama para narasumber seusai Seminar, (2/10).

Sedangkan, narasumber dalam kegiatan tersebut berasal dari pakar Hukum, Moderasi Beragama dan Anti Radikalisme, diantaranya adalah Asy’ari Muslih, S.H.I (Wakil Ketua umum MUI Kota Denpasar), I Putu Dwika Ariestu, SH., MH (Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahendradata), M Taufiq Maulana (Founder Aswaja Dewata).

Mereka menyampaikan materi berdasarkan indeks Moderasi Beragama, yaitu Komitmen kebangsaan, Toleransi, Anti kekerasan, Menerima kearifan lokal/tradisi.

Rekan Fariz, Ketua IPNU Denpasar Selatan dalam sambutannya menyebutkan, “Pada tahun 2045, Indonesia diprediksi akan menjadi satu dari lima besar kekuatan ekonomi dunia. Hal ini tentu saja hanya akan menjadi angan apabila proses pembangunan bangsa dan negara terhambat. Dibutuhkan keharmonisan antara pembangunan dengan aspek lainnya, terutama aspek agama dan aspek budaya.”

Menurutnya, moderasi beragama merupakan kebutuhan agar apa yang dikhawatirkan tidak terjadi.

“Dengan adanya moderasi beragama, mewujudkan sikap dan cara pandang dari sisi positif. Sehingga dapat menghindari perselisihan yang dapat memicu kekerasan,” jelas Fariz lagi.

Dirinya lalu menambahkan, bahwa dalam menerapkan moderasi beragama perlu adanya literasi dan edukasi yang positif.

“Salah satunya dengan memberi pemahaman akan perbedaan kepada para pelajar agar mereka dapat melaksanakan kehidupan secara bersama dalam keberagaman ini, yang nantinya esensi tersebut akan menjadi bekal mereka di masa depan menuju Indonesia Emas 2045,” tandasnya

Harapan dari terselenggaranya kegiatan ini bagaimana para pelajar dapat memahami akan keberagaman. Kemudian Bersatu dalam menyiapkan generasi penerus bangsa. Semoga kedepan IPNU IPPNU dapat dikenal dan bekerjasama dengan berbagai instansi yang ada.

Keberagaman yang ada di indonesia harus dirawat dan di-manage dengan baik. Agar tidak menjadi sumber konflik yang membahayakan. Jika perbedaan keberagaman disikapi dengan baik, maka keberagaman itu malah akan menjadi suatu sumber kekuatan.

Penulis : Muhammad Al Fatih

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »