Oleh; Saini, S.Pd.I.,M.H.I.
Dosen Ma’had Aly dan STIS Nurul Qarnain Jember
Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari kita di era komputer dan internet saat ini. Situs seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube telah mengubah cara kita berkomunikasi, mendapatkan informasi, dan berbagi pengalaman. Di balik manfaatnya yang luar biasa ini, media sosial juga memiliki sisi buruknya, yaitu menjadi tempat yang ideal untuk menyebarkan terorisme dan radikalisme.
Media sosial telah menjadi tempat yang bagus untuk radikalisme, yang merujuk pada upaya untuk mengubah tatanan sosial dan politik dengan cara yang ekstrem. Ide-ide radikal dapat dengan cepat dan luas menyebar melalui batas geografis dan sosial berkat teknologi ini. Media sosial menjadi alat yang efektif bagi kelompok radikal karena mudah diakses, anonim, dan dapat mencapai audiens yang besar dalam waktu singkat.
Sebagai contoh, kelompok teroris seperti ISIS telah memanfaatkan media sosial secara ekstensif untuk merekrut anggota baru, menyebarkan propaganda, dan mengatur aksi teror. Mereka dapat menyebarkan konten yang menarik perhatian dan mempengaruhi perspektif orang, terutama mereka yang rentan atau mencari identitas, dengan menggunakan algoritma yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan pengguna. Rekrutmen melalui internet sering kali dimulai dengan pesan yang tampak tidak berbahaya, tetapi secara bertahap membawa ide-ide radikal dan melarang tindakan kekerasan.
Radikalisme yang menyebar melalui media sosial adalah bahaya yang tidak dapat diremehkan. Pertama, penyebaran ini dapat menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan di antara berbagai kelompok masyarakat, mengancam stabilitas nasional dan kohesi sosial. Kedua, orang-orang yang menjadi radikal melalui media sosial dapat menjadi ancaman langsung bagi keamanan publik. Seperti yang ditunjukkan oleh kasus serangan teror yang terjadi di berbagai negara, banyak pelaku mendapatkan inspirasi dan instruksi dari platform ini.
Dibutuhkan strategi yang komprehensif untuk menghadapi ancaman ini. Pertama dan terpenting, perusahaan teknologi harus bertanggung jawab atas konten yang didistribusikan di platform mereka. Menghapus konten radikal, menghapus akun yang menyebarkan kebencian, dan meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas mencurigakan adalah tindakan yang harus dilakukan. Pemerintah dan perusahaan teknologi perlu bekerja sama untuk menemukan dan mencegah penyebaran konten berbahaya. Khususnya di Indonesia, sudah saatnya memblokir semua konten-konten di media sosial terutama youtube yang berbau radikalisme.
Selain itu, diperlukan peningkatan literasi digital dan pendidikan tentang bahaya radikalisme. Masyarakat, terutama generasi muda, harus dilatih untuk membedakan dan menolak propaganda radikal. Disinilah pentingnya bagi pemangku kebijakan terutama dalam bidang Pendidikan pesantren para siswa atau santri wajib dibekali algoritma media sosial, bagaimana konten yang dikonsumsi berdampak psikologis, dan pentingnya berpikir kritis tentang informasi yang diterima.
Memperkuat komunitas dan membuat cerita positif yang dapat melawan keyakinan radikal adalah solusi tambahan. Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, komunitas lokal dapat memainkan peran penting dalam mencegah radikalisasi. Untuk membantu mereka yang telah teradikalisasi kembali ke masyarakat, program deradikalisasi dan reintegrasi juga harus dibuat.
Dari sudut pandang agama, sangat penting untuk memahami bahwa ajaran Islam sebenarnya mengutuk kekerasan dan terorisme. Allah berfirman dalam QS. Al Maidah:32
…..مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا….
“Barangsiapa membunuh seorang manusia tanpa alasan yang sah, maka seolah-olah dia telah membunuh seluruh manusia”( QS. Al Maidah:32 )
Ayat ini menekankan betapa besar dosa membunuh seseorang tanpa alasan yang jelas dan bagaimana hal itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang damai. Oleh karena itu, Tokoh agama dan pemimpin komunitas juga harus aktif menyebarkan pesan-pesan damai dan menentang ideologi radikal. Melalui ceramah, diskusi, dan kegiatan komunitas, mereka dapat membantu masyarakat belajar dan mengurangi pengaruh ideologi ekstrem, terutama ceramah-ceramah anti radikalislme di youtube harus terus dihidupkan.
Alhasil, media sosial telah mengubah dunia secara luar biasa, tetapi kita harus memperhatikan efek negatifnya juga. Radikalisme dan terorisme yang menyebar melalui platform ini adalah ancaman yang harus ditangani dengan serius. Kita dapat mengurangi risiko ini dan menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan sehat bagi semua dengan bekerja sama antara pemerintah, perusahaan teknologi, komunitas, dan individu. Pendidikan, pengawasan yang lebih ketat, dan upaya deradikalisasi yang efektif adalah cara kita dapat melawan ideologi radikal dan menjaga masyarakat aman dan damai.