ASWAJADEWATA.COM |
Sebagai salah satu negara dengan budaya dan agama yang beragam, maka sikap toleransi dalam dua ranah senesitif tersebut merupakan harga mati yang harus dimiliki oleh seluruh bangsa indonesia. Jika tidak, maka perpecahanlah yang kemudian akan menjadi penguasa di negeri ini.
Namun demikian, bangsa yang begitu besar ini tidak seluruhnya welcome dan terbuka dengan toleransi, terlebih toleransi dalam beragama. Ini semua terlihat jelas dalam etalase ormas yang berkembang di Indonesia, secara garis besar, ormas keagamaan di Indonesia bisa dikelompokkan menjadi dua saja, yaitu kelompok yang penuh toleransi dan yang ke dua kelompok yang sama sekali anti toleransi.
Kelompok yang disebut terakhir, sama sekali tidak takut menyampaikan pendapatnya, mereka sama sekali tidak peduli apakah pendapat yang mereka utarakan akan menyakiti kelompok lain atau tidak, yang penting apa yang menurut kelompok mereka benar maka akan mereka lontarkan, kalau kata nabi “ قل الحق ولو كان مرا (katakanlah kebenaran walaupun pahit)”.
Bahkan mereka tidak segan mengafirkan kelompok yang bertabrkan dengan keyakinan mereka. Namun sayangnya, ketegasan mereka ini seringkali dibingkai dengan kata-kata kotor penuh emosi yang seolah menggambarkan kekeruhan hati dan fikiran mereka, terlebih argumentasi yang mereka tawarkan terkadang sangat ringkih meskipun terkadang juga masuk akal (perlu kita akui).
Sementara kelompok kedua, terkesan adem ayem, tenang tapi mengigit. Mereka cenderung menunggu, tidak suka menyerang, permainan mereka menghibur dan tidak menyakiti kelompok lain, ibarat klub sepakbola, ya barcelona, melakukan operan cantik tau-tau goal. Jika mereka di serang, mereka jawab dengan argumentasi agama yang tahqiq dan kuat, tanpa mencaci dan kata-kata kotor.
Namun, apa jadinya jika toleransi yang sejatinya sebagai solusi perpecahan malah dijadikan bumerang untuk menggrogoti dan menghancurkan kelompok lain. Kelompok radikal berani menyerang dengan mengkafir-kafirkan haliah di luar kelompok mereka, karena mereka menyadari bahwa kelompok lain tidak sberani mereka dalam menyalahkan apalagi mengkafirkan haliah fiqhiyah yang sifatnya dzonni. Mereka sadar bahwa kelompok lain terbelenggu oleh TOLERANSI.
Lalu apakah toleransi sebenarnya!!!
Bersambung, terlalu panjang nanti ngak dibaca
Oleh: Lora Asror Baisuki
Bangkalan, 4 Januari 2022.