ASWAJADEWATA.COM |
Perayaan Maulid ialah salah satu cara untuk meningkatkan wawasan dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Berbagai macam cara diekspresikan guna memeriahkan perayaan Maulid.
Seperti yang dilakukan warga Muslim di Kampung Islam Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Karangasem. Rangkaian perayaan Maulid bisa berlangsung beberapa hari. Dari sebelum hingga sesudah hari Maulid.
Kelian Dinas Kampung Islam Sinduwati, Mahsun menuturkan bahwa acara diawali dengan pawai Rudat khas Kampung Islam Sindu yang dimulai dari Masjid Al Abror Kampung menuju Masjid Nurul Iman Kampung Buu. Kemudian kembali ke Kampung Sindu. Rudat di Kampung Islam Sinduwati telah ada telah ada sejak berdirinya kampung.
“Kemudian dilanjutkan dengan Selekaran (Maulid Al Barzanji) yang diikuti seluruh warga kampung. Adapun warga yang ingin melakukan Ngurisang (potong rambut) untuk bayi yang lahir menyerahkan Kebuli (sejenis lemper seukuran nampan besar ). Yakni berjumlah 2 untuk bayi laki-laki dan 1 untuk bayi perempuan,” tambahnya.

Pria yang kini berusia 49 tahun ini juga menyampaikan bahwa keesokan harinya, tepat di hari Maulid, dilakukan pembacaan Selekaran yang dimulai sejak pukul 7 pagi. Yang dirangkai dengan Ngurisang atau potong rambut. Serta membayar syarat berupa uang sholawat sesuai kesepakatan Panitia Hari Besar Islam (PHBI)
“Selanjutnya diteruskan dengan kegiatan Tabur Uang oleh orang tua yang melakukan Ngurisang di halaman masjid. Dimana warga kampung sangat antusias berebut uang yang di tabur tersebut. Kemudian membagikan telur, doa oleh tokoh masyarakat dan megibung atau makan bersama untuk keakraban,” ungkap bapak 4 anak ini.
Selepas Sholat Dhuhur rangkaian peringatan Maulid dilanjutkan dengan berbagai macam lomba seperti tarik tambang anak – anak, sepak bola dengan botol, tendangan berhadiah dan gebug air. Setelah Sholat Maghrib dilanjutkan dengan lomba bernuansa Islami seperti lomba Adzan, Sambung Ayat, lomba Sholawat anak yang keseluruhnya bisa terlaksana sampai tiga hari.
“Namun sejak pandemi Covid-19 kegiatan – kegiatan tersebut terhenti. Padahal sebelum Covid, sampai ada peneliti budaya dari Jepang tinggal berhari – hari di Kampung Islam Sinduwati guna mendokumentasi kegiatan tersebut, utamanya Kesenian Rudat yang memang terkenal sebagai icon budaya Muslim Bali,” tutupnya.
Kontributor: Agus Surya