ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Bali sebagai daerah destinasi wisata mancanegara mau tidak mau mendorong warganya untuk mampu memahami dan bercakap dalam bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. kebutuhan tersebut tidak hanya dirasakan oleh para pelaku langsung industri pariwisata yang memang menjadi komoditas utama pendapatan daerah Bali, namun juga setiap organisasi masyarakat baik daerah maupun nasional. Salah satunya IPNU-IPPNU Bali.
Organisasi Badan Otonom Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) provinsi Bali yang beranggotakan para pelajar dan mahasiswa ini memandang perlu mulai membekali setiap pengurus dan kadernya dengan bahasa Inggris. Hal ini dikatakan oleh Wakil Ketua PW IPNU Bali Rekan Khalilurrahman, sebagai dasar diadakannya English club IPNU-IPPNU Bali.
Khalil yang pernah mengambil kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare, Kediri, Jatim ini mengungkapkan keinginannya itu kepada pengurus dan kader IPNU-IPPNU, dan langsung disambut antusias. Kegiatan ini juga dimaksudkan memberi alternatif aktifitas positif bagi kader-kader IPNU-IPPNU yang nantinya dapat bermanfaat bagi pengembangan diri.
Tak menunggu lama, hari Sabtu malam (11/1), bertempat di gedung PWNU Bali, English club PW IPNU-IPPNU Bali dengan Khalilurrahman sebagai tutor mengawali kegiatan tersebut dengan peserta sebanyak 15 orang rekan dan rekanita pengurus. Terlihat pula Ketua PW IPPNU Bali Sa’idah Husnia turut mengikuti kegiatan itu.
Hari pertama seperti dalam setiap kursus bahasa asing, peserta diajak untuk berani memperkenalkan diri masing-masing dalam bahasa Inggris. Walaupun terlihat malu-malu, mereka semua memperkenalkan diri satu persatu didepan peserta lain. Sesekali gelak tawa mewarnai proses perkenalan dalam bahasa Inggris itu, karena tidak semua dari mereka mampu mengucapkannya dengan benar.
“Semua berawal dari tidak bisa. Dalam belajar berbahasa, yang terpenting adalah keberanian menyampaikan. Salah atau benar bukan hal yang utama,” demikian kata Khalil dihadapan peserta.
Menurutnya lagi, jika peserta bisa mengatasi rasa ragu dan malu tersebut, maka kedepan semua akan lebih mudah untuk dipelajari. Dirinya mengatakan akan lebih banyak memberikanmateri-materi percakapan dasar dengan sekaligus perlahan menambahkan pembendaharaan kosa kata yang banyak digunakan sehari-hari.
“Kita tidak akan pernah belajar jika tidak pernah salah,” tegasnya.
Peserta terlihat menyimak apa yang disampaikan Khalil dengan serius, dan sangat antusias mengikuti materi yang diberikan.
Penulis: Dadie W. Prasetyoadi