Guru NU Sebagai Pembentuk Kader Paling Efektif

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM | GIANYAR

Mengajar seorang anak itu seperti mengajar tiga orang. Begitu yang disampaikan oleh Ketua I Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Dr. Aris Agung Laksono, M.Pd pada Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) III Pergunu Provinsi Bali. Ahad  (6/12).

Bertempat di Gedung Yayasan Bintang Sembilan, GSM Kaja Desa Pering, Blahbatuh, kegiatan diawali dengan acara pembukaan dan sambutan – sambutan. Acara dilanjutkan dengan pelantikan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pergunu Kecamatan Blahbatuh masa khidmah 2020-2025.

Pelantikan dibaiat oleh Ketua PW Pergunu Provinsi Bali, Drs K.H. Mahfudz,MA. Selepas acara pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan oleh Ketua I Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Dr. Aris Agung Laksono, M.Pd (Gus Aris).

Gus Aris menyampaikan bahwa Pergunu adalah pembentuk kader NU yang paling efektif.

“Disepakati bahwa diklat atau pelatihan singkat, tidak menjamin doktrinasi ideologi ke-aswaja-an tertanam dengan kuat. Tapi transfer ilmu melalui media pendidikan, dilakukan dengan pelan dan lama. Namun justru tertanam dengan kuat,” ungkapnya.

“Mengajar seorang anak itu seperti mengajar tiga orang. Ketika seorang anak mendapat ilmu di sekolahnya, tentu nantinya juga akan ditanyakan oleh orang tuanya. Sehingga ilmu tersebut mengalir dan jadi jariyah bagi sang guru”, tambahnya.

Dirinya juga memaparkan visi Pergunu yakni, “Mewujudkan keunggulan kompetitif dalam khidmah kebangsaan dan kecendikiawanan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”. Dan dilanjutkan dengan memaparkan misi pergunu, diantaranya:

1. Mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, jujur, adil, serta merata.
2. Mewujudkan budaya pendidikan yang unggul kompetitif dalam iman, taqwa, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, berciri khas Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah.
3. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan untuk khidmah keumatan dan berjiwa kecendikiawanan.
4. Berupaya membentuk budaya lembaga pendidikan unggulan berdasarkan nilai keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah dan kebangsaan.
5. Mewujudkan budaya lembaga pendidikan yang memiliki kepedulian sosial.
6. Mewujudkan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan untuk meningkatka profesionalisme dan pengabdian.

Pembekalan ditutup dengan mengutip pernyataan Hadratus-Syaikh Hasyim Asy’ari, “Siapa yang mau mengurusi NU, aku anggap sebagai santriku. Siapa yang jadi santriku, maka aku doakan husunul khatimah beserta keluarganya”.

Acara ini juga dihadiri oleh PC Muslimat NU Gianyar, PC Fatayat NU Gianyar, Satuan Koordinatir Cabang (Satkorcab) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Gianyar. Dan pengamanan yang juga dibantu pecalang dan aparat setempat.

Penulis: Agus Surya
Editor: Dadie W. Prasetyoadi

diunggah oleh:

Picture of Aswaja Dewata

Aswaja Dewata

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »