ASWAJADEWATA.COM |
Saat ini industri Crude Palm Oil (CPO) Indonesia sedang mengalami dinamika di pasar internasional. Hal ini imbas dari adanya perang dagang yang terjadi saat ini. Amerika tengah gencar menerapkan kebijakan biofuel yang oleh kebanyakan negara pemasok CPO dianggap sebagai kebijakan diskriminatif. Begitupun Eropa yang menerapkan kebijakan impor CPO.
Seperti dikatakan Wakil Menteri Luar Negeri, H. E. Mahendra Siregar bahwa kebijakan perdagangan internasional terkait sawit merupakan salah satu persoalan yang dihadapi Indonesia dalam memainkan perannya sebagai salah satu negara pemasok CPO di dunia.
“Industri kelapa sawit menjadi tolak ukur bagi hubungan kerjasama dan perjanjian internasional, khususnya kerjasama bilateral baik regional maupun global,” paparnya.
Hal tersebut disampaikan Mahendra saat menjadi pembicara di hari kedua ‘15th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2020 Price Outlook‘ di Nusa Dua, Bali, Jumat (1/11). Wamenlu juga mengatakan, India menduduki urutan kedua pasar minyak sawit dunia kemudian disusul negara-negara lain seperti Eropa dan Timur Tengah.
baca juga: Pelaku Usaha Palm Oil Optimis Harga Dapat meningkat
Selain itu perjanjian internasional dalam kerjasama menempatkan industri sawit jadi sentral. Hal ini menjadikan kondisi yang saling menguntungkan di tengah distribusi Indonesia yang sedang tumbuh dan kondisi ekonomi yang stabil. Kewajiban pemerintah sekarang adalah memastikan agar kondisi demikian tetap terjaga dengan baik.
Di sisi lain kewajiban pemerintah sekarang adalah memastikan agar kondisi demikian tetap terjaga dengan baik.
“Presiden turut mengkoordinasikan (kerjasama bilateral), dan langkah selanjutnya diharapkan kepemimpinan ditingkat kawasan (industri sawit) dan Indonesia sebagai previledge terkait memperjuangkan kelapa sawit khususnya di kancah internasional.” jelasnya.
Reporter/foto: Imriatun Muchlisoh
Editor: Dadie W. Prasetyoadi