ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Wakil Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) KH. Fadli Yasir M.A berkesempatan menyambangi kantor redaksi Aswajadewata.com di Jalan By Pass Ngurah Rai Sanur pada Minggu sore (21/2).
Kedatangan Kiai Fadli di Bali ini dalam rangka sebagai salah satu pemateri pada Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) yang diadakan secara mandiri oleh ISNU Bali selama dua hari sebelumnya (19-20/2). Proses pengkaderan MKNU ini dimaksudkan sebagai proses yang mutlak harus dilalui setiap kader nahdliyin yang ingin berkhidmat sebagai pengurus di struktur organisasi NU, termasuk Banom, dan Lembaganya.
Dalam kesempatan sore itu Kiai Fadli menyampaikan bahwa, salah satu materi yang ada di Madrasah Kader adalah bagaimana membangun kader ideologis, khususnya di masyarakat kultural NU yang akan mengisi kepengurusan struktural.
Ketika ditanya pendapatnya tentang gerakan media Aswaja Dewata, Kiai Fadil mengatakan bahwa Ahlusunnah wal jamaah an Nahdliyah sebagai tipologi masyarakat NU harus secara lengkap dipahami.
“Aswaja an Nahdliyah itu tidak saja melulu tentang amaliyah. tapi harus juga diikuti dengan Fikrah dan Harakah yang sama. Nah, Aswaja Dewata ini menurut saya adalah salah satu gerakan media yang dapat membangun pemahaman itu. Khususnya di Bali,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat sekarang terutama kaum milenial masih banyak yang belum begitu faham dengan apa itu Aswaja an Nahdliyah.
“Mereka tahu bahwa ayahnya atau kakeknya penganut Aswaja. Tapi mereka sendiri tidak begitu faham apa itu Ahlussunah wal Jamaah,” jelasnya
Ciri khas Aswaja an Nahdliyah dengan prinsip-prinsip Tawazun, Tawassuth, Tasamuh, dan I’tidal menurut Kiai Fadli lagi, harus disampaikan dengan berbagai cara dan gerakan ke masyarakat awam dan harus terkonsolidasi. Sehingga kader ideologis seperti yang dicita-citakan oleh para kiai terdahulu itu dapat terwujud di masyarakat. termasuk di Bali.
“Saya berharap Aswaja Dewata dapat membangun gerakan itu. Sehingga apa yang dicita-citakan oleh para kiai dapat terwujud di masyarakat. Khususnya untuk di pulau Dewata. Harus disampaikan bahwa NU itu universal, dan menjunjung tinggi azas kebangsaan. Apalagi jika bisa disusul dengan (media) aswaja-aswaja yang lain dan dikelola dengan baik sehingga terkonsolidasi,” harap Kiai asal Medan, Sumatera Utara itu.
Sebelum kembali ke hotel tempatnya menginap, Gus Tama Founder Aswaja Dewata dalam kesempatan itu juga menyerahkan Buku Fikih Muslim Bali karyanya yang sudah ditandatangani kepada Kiai Fadli sebagai kenang-kenangan.
Penulis: Dadie W. Prasetyoadi