Thursday 10th October 2024,

Kiai Azaim: Ada Empat Kategori Manusia Dilihat dari Fenomena Perilakunya

Kiai Azaim: Ada Empat Kategori Manusia Dilihat dari Fenomena Perilakunya
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Nasihat dari shahibur ratibul haddad, Al-Imam Al-Haddad, bahwa manusia ini kalau dilihat dari fenomena perilakunya ada empat kategori.

Pertama,  orang yang urusan akhiratnya dipermudah tetapi urusan dunianya dipersulit. Maka dia termasuk pewaris Nabi. Kiai Azaim memberi contoh, ada orang datang ke pengajian sangat mudah meski ongkos berangkat ketempat pengajian harus berhutang ke tetangga karena tidak punya uang.

Jika dijabarkan lebih luas lagi, bisa digambarkan pada ada seseorang, jika dia mengurus kegiatan-kegiatan sosial pengabdian sangat cepat dan sukses melaksanakannya. Tetapi dalam hal mengurus pekerjaan atau profesinya tidak pernah sukses.

Misal pengabdian di Nahdlatul Ulama. Menjadi pengurus NU dimudahkan dalam pengabdiannya. Ada rapat pengurus NU selalu hadir. Kegiatan-kegiatan NU sangat aktif. Bahkan untuk mengembangkan dan memajukan NU memiliki gagasan yang sangat luaar biasa. Tetapi, ketika urusan profesinya, sangat sulit untuk dikembangkan dan dimajukan.

Kedua, orang yang urusan akhirat dan dunianya dipermudah. Orang ini melakukan semua urusan akhirat dan dunianya mudah dan lancar. Kiai Azaim memberi contoh, kepengajian hadir, majelis dzikir hadir, shalat berjamaahnya rajin tapi warungnya ramai.

Bahasa lainnya, urusan akhiratnya mudah dan urusan dunianya enak. Mungkin bisa dicontohkan lain, misalnya ada orang yang usaha atau bisninya lancar begitu juga ketika ada kegiatan yang bersifat pengabdian aktif berkontribusi.

Misal lagi mengadi di Nahdlatul Ulama. Mengurus NU sangat aktif, baik ketika ada rapat atau kegiatan-kegiatan NU. Begitua juga mengurus usahan atau profesinya juga lancar dan sukses. Bahkan secara materi juga berkontribusi kepada NU.

Ketiga, orang yang urusan dunianya dipermudah tetapi urusan akhiratnya dipersulit. Orang seperti ini tertipu urusan duniawi. Kiai Azaim memberi contoh, berdagang di mana saja semua barangnya laku terjual. Bahkan sampai usaha yang haram juga lancar. Tetapi ketika diperhatikan shalatnya tidak karuan, kepedulian kepada barang syubhat sudah hilang. Dunianya diperkaya oleh Allah tetapi akhiratnya dimiskinkan.

Jika dikaitkan dengan pengabdian di NU, misalnya diminta untuk menjadi pengurus tidak mau karena sibuk dengan kerjaan. Atau mau menjadi pengurus NU tetapi tidak aktif karena tidak ada waktu luang untuk mengurusi NU. Artinya, orang seperti ini hanya sibuk dengan profesinya tidak mau meluangkan waktu untuk pengabdian atau kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dia sudah terbuai oleh duniawai dan lupa untuk beribadah dan beramal.

Keempat,  orang yang akhiratnya melarat dan dunianya juga melarat. Kiai Azaim memberi contoh, orang yang sakit tidak bisa melakukan apa apa tetapi tidak mau mendekatkan diri kepada Allah. Orang ini dilaknat sebelum dilaknat yang sesungguhnya. Dia dijauhkan dari kalimat Allah.Na’udzubillahi min dzalik.

Kiai Azaim memberi nasihat agar terhindar dari yang ketiga dan keempat tersebut, kita harus riyadlah, yaitu berupaya meningkatkan kualitas spritualitas berupa amal. Semoga kita termasuk golongan yang pertama atau kedua.

Artikel ini disarikan dari ceramah KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy di channel you tube Aswaja Dewata. https://www.youtube.com/watch?v=5JdKV2YeGDY

(Gus Tama)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »