ASWAJADEWATA.COM
Sesungguhnya fitnah, hinaan dan cacian itu bukanlah apa-apa jika kita mampu menyikapinya dengan hati yang terbuka. Anggaplah, laksana secuil sampah yang nyempulng di lautan luas.
Namun, memang sakit terasa bahkan pedih dibuatnya jika kita tidak mampu menyikapinya dengan hati yang sejuk dan terbuka. Sehingga hati kita terprovokasi untuk membalasnya.
Akibatnya, fitnah yang dibalas dengan fitnah pula, hinaan yang dibalas dengan hinaan juga bahkan lebih parah, dan cacian yang dibalas dengan cacian yang kadang lebih sadis, semua inilah yang menjadi sebab kehancuran kita semua.
Terlebih di zaman serba media sosial seperti saat ini, orang-orang begitu mudahnya membuat pernyataan dan komentar, tidak hanya lidah yang tak bertulang bahkan jari-jari pun seolang telah tak bertulang.
Fitnah, hinaan dan cacian sering banget memenuhi halaman media sosial. Jika kita perhatikan, orang-orang saling bersautan dengan umpatannya. Itu karena satu menghina, yang lain ikut balas menghina dan seterusnya hingga menjadi kebiasaan bahkan sepertinya telah membudaya di media sosial.
Padahal, kita tidak tahu apakah hinaan dan cacian itu memang benar-benar untuk mencaci maki atau sengaja untuk memancing emosi agar kita terprovokasi. Dia yang mencaci bisa saja ketawa-ketiwi kesenengan sementara kita geram-marah karena emsoi. Inilah yang harus kita pahami dan perhatikan.
Sebagai nasihat bagi kita yang masih terjebak oleh saling caci maki, menghina dan menfitnah, mari kita renungkan dawuh Kiai Azaim berikut ini:
Suara tepukan itu akan ramai ketika ada sebelah tangannya. Tapi ketika bertepuk sebelah tangan, tidak ada suara. Hinaan jangan dibalas dengan hinaan. Agar kita tidak menjadi kelompok para penghina.
Fitnah jangan dibalas dengan fitnah. Agar tidak terlahir budaya saling menfitnah. Cacian jangan dibalas dengan cacian. Agar tidak terbentuk generasi para pencaci.
Maka semakin banyak cacian, kita tersenyum. Maka di situlah kita akan menemukan keluhuran dan kebaikan budi pekerti yang menyejukkan.
Adakalanya kita dapat pahala, dan adakalanya dosa-dosa kita diampuni, dan adakanya derajat kita naik.
Semoga kita bisa mengamalkan dawuh beliau, amin…
(Gus Tama)