ASWAJADEWATA.COM |
Kiai Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo berkisah Saidini Umar Bin Affan ketika menghadapi Wabah atau Virus pada zamannya, saat memberi tausyiah di acara peringatan Haul Masyayikh Ponpes Nurul Jadid pada Minggu, 22 Maret 2020 di Paiton, Probolinggo.
Kisah ini bermula, ketika Saidina Umar mengirim pasukan ke Negeri Syam yang pada waktu itu meliputi Syria, Damaskus, Lebanon, Palestina.
Tapi ketika sampai ditengah perjalanan mendangar kabar bahwa daerah yang dituju terkena wabah atau penyakit menular.
Sehingga membuat para sahabat/pasukan waktu itu berselisih pendapat. Ada yang tetap memaksakan untuk terus melanjutkan perjalanan sesuai visi di awal, ada juga yang berpendapat agar balik ke barisan.
Bagi sahabat yang ingin tetap melanjutkan beralasan, “‘Soal hidup dan mati ada ditangan Allah. Sedang yang memilih pulang beralasan, memaksakan untuk meneruskan perjalanan sama saja menjerumuskan ke lembah kebinasaan,'” kisah Kiai Zuhri.
Akhirnya, untuk mencari jalan keluar, para sahabat melaporkan kondisi yang terjadi pada Sayidina Umar. Sayidina Umar memutuskan agar pasukannya untuk kembali. “‘Pulang saja!'” kisah Kiai Zuhri menirukan perintah Sayidina Umar kepada pasukannya.
Lebih lajut Kiai Zuhri menjelaskan alasan keputusan Sayidina Umar. Bahwa memilih pulang untuk menghindari takdir Allah ke takdir yang lain.
“Kita ini lari dari takdir Allah ke takdir yang lain. Jadi pulang, takdir Allah itu tapi takdir yang baik. Sehingga selamat dari wabah. Tapi jika maksa (melanjutkan), takdir Allah juga, tapi takdir yang tidak enak,” lanjut kisahnya.
Dari kisah di atas, Kiai Zuhri berpesan, walaupun sebagai hamba tidak tau akan takdir yang Allah tentukan ke depannya, tapi harus tetap berusaha untuk menggapai takdir yang diinginkan.
Jikalau usaha itu tetap jatuh pada sesuatu yang tidak dinginkan, Kiai Zuhri berpesan, agar tetap berprasangka baik kepada Allah.
“Sebab, tidak ada sesuatu yang tanpa hikmah. Orang sakitpun itu ada hikmahnya. Sakit dan sabar itu ada pahala besar,” pesannya.
Penulis: Wandi Abdullah
Editor: Dadie W. Prasetyoadi