ASWAJADEWATA.COM | MARTAPURA
Haul Guru Sekumpul dari tahun ke tahun kian menjadi magnet luar biasa berkumpulnya umat muslim. Kecintaan umat akan Kharismatik ulama Banjar Al-Alimul al-Alamah al-Arif Billaah al-Bahrul Ulum al-Waliy Qutb as-Syekh Al-Mukarram Maulana Kiai Haji Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari faktor utama jutaan orang menghadiri haul Guru Ijai, sapaan akrab beliau.
Sepanjang peringatan Haul Guru Sekumpul, tak cuma jumlah jemaah yang terus bertambah. Namun, jumlah relawan yang muncul menangani dan membantu pelayanan terhadap jemaah berkali lipat setiap tahunnya.
Pada Haul Guru Sekumpul ke 15 ini, ada hal yang menarik dijumpai klikkalsel.com dari sisi andil para relawan di posko pelayanan. Tak disangka, ada seorang relawan non muslim.
Dia bertugas di Posko Relawan Banua Bergerak, Jalan Landasan Ulin, seberang Taman Makam Pahlawan, Banjarbaru.
Ia adalah Rizki Dwiyanto, usia 19 tahun yang merupakan penganut agama Budha. Awak media ini pun berbincang dengannya, soal keterlibatan ‘Liu’, nama Tionghoa Rizky.
Saat ini remaja masa akhir itu, berstatus mahasiswa di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin. Liu bukan lah warga Banjarmasin, melainkan pendatang dari Kuala Pembuang, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Liu mengatakan, ada panggilan tersendiri untuk ikut terlibat di Haul Guru Sekumpul ke 15 kali ini. Lantas apa yang mendorongnya ikut andil ?
“Selama bergaul dengan teman kuliah, sering mendengar kisah dari kawan tentang Guru Ijai sebelum haul dilaksanakan, terus saya buka Youtube untuk tahu lebih tentang beliau,” ucapnya di sela tugas membagikan snack untuk para jemaah yang melintas, Minggu (1/3/2020).
Liu mengaku berempati dengan animo para jemaah dan relawan. Sehingga mendorongnya ikut berpartisipasi menjadi relawan. Liu mengaku sebenarnya ingin langsung hadir di Sekumpul, Martapura, menjadi relawan di sana.
“Ikut jadi relawan memang niat saya, ini yang pertama kali. Bersyukur ada jalannya teman di Mapala Uniska mengajak. Tahun depan semoga bisa hadir di Martapura,” imbuhnya.
Walaupun menganut agama Buddha di tengah animo umat muslim yang melaksanakan Haul Guru Sekumpul. Justru ia tak merasakan pertentangan maupun gejolak batin. Melainkan semangat kebersamaan yang ia petik menjadi pelajaran.
“Ikut turun ke jalan membantu jemaah, dari hari kemarin tidak ada merasa lelah. Ini malah tambah semangat. Semoga pelaksanaan haul lancar, jemaah sehat dan pulang dengan selamat,” pungkas Liu, semringah dengan khas mata sipitnya sebagai keturunan Tionghoa. (rizqon)
Sumber: klikkalsel