ASWAJADEWATA.COM- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah telah mengumumkan bahwa awal bulan Sya’ban 1440 Hijriah jatuh pada Ahad, 7 April 2019, terhitung sejak Sabtu malamnya. Ikhbar ini disampaikan setelah tim rukyat NU di berbagai daerah menyimpulkan tak melihat hilal pada Jumat petang, 5 April 2019. Sesuai aturan, jumlah hari bulan Rajab pun disempurnakan menjadi 30 hari (istikmal).
Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam hitungan kalender Hijriah. Bagi umat Islam, Sya’ban termasuk bulan yang dimuliakan, terutama karena di dalamnya ada waktu istimewa yang dikenal dengan malam nisfu Sya’ban (separuh bulan Sya’ban). Jika dikonversi ke kalender Masehi, malam nisfu Sya’ban jatuh pada Sabtu malam atau malam Ahad ini, 20 April 2019.
Anjuran untuk menghidupkan malam nisfu Sya’ban disampaikan sejumlah hadits. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki dalam kitab Mâdzâ fî Sya’bân merinci, setidaknya ada tiga amalan penting yang bisa dilakukan pada malam nisfu sya’ban.
Pertama, memperbanyak doa. Kedua, membaca sebanyak-banyaknya dua kalimat syahadat atau kalimat Lailâha illa-Llâh Muhammadan rasûlull-Llâh. Ketiga, memperbanyak istighfar karena tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan salah. Itulah manusia.
Di banyak daerah di Indonesia, malam nisfu Sya‘ban menjadi momen yang ditunggu masyarakat. Mereka biasanya memanfaatkan waktu setelah shalat Maghrib untuk membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali. Aktivitas ini lazimnya diiringi dengan berdoa kepada Allah agar diberikan umur panjang, rezeki yang halal, wafat dalam keadaan husnul khatimah, atau lainnya.
Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki dalam kitab yang sama memandang kegiatan tersebut sebagai hal yang positif. Menurutnya, ini adalah momen tepat untuk memperbanyak amal saleh dan memanjatkan doa kepada Allah subhanahu wata’ala, baik hajat dunia maupun hajat akhirat.
Kata sya‘ban secara bahasa bisa bermakna cabang. Dinamakan demikian karena terdapat cabang-cabang kebaikan di dalamnya. Sebagian ulama berpendapat sya‘ban berasal dari syâ‘a bân yang bermakna terpancarnya keutamaan. Sebagian lain berkata ia dari kata as-syi‘bu, sebuah jalan di gunung sebagai analogi jalan menuju kebaikan puncak. Sementara sebagian ulama lagi berpandangan sya‘ban berasal dari kata as-sya‘bu yang berarti menambal. (Nuonline)