Friday 29th March 2024,

Memahami Social Distance dan Dampaknya Terhadap Pandemi

Memahami Social Distance dan Dampaknya Terhadap Pandemi
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Kebijakan untuk tidak melakukan lockdown oleh pemerintah Indonesia diikuti dengan himbauan agar masyarakat melakukan social distance. Tindakan ini diharapkan dapat mengurangi dan membatasi penyebaran virus Corona di masyarakat setelah mulai banyaknya penderita terkonfirmasi di sejumlah daerah.

Mengulas tentang social distance, ada baiknya kita simak penjelasan Katie Pearce dari John Hopkins University. Menurutnya social distance adalah sebuah praktek dalam kesehatan masyarakat untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dengan orang sehat guna mengurangi peluang penularan penyakit.

Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara seperti membatalkan acara kelompok atau menutup ruang publik, serta menghindari keramaian. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menambahkan, social distance yang berlaku untuk COVID-19 selain yang telah disebutkan di atas, juga dengan menjaga jarak sekitar 2 meter (6 feet) dari orang lain.

Baca juga:

Sikapi Wabah Corona, Gus Nadir: Orang Aswaja Tidak Seperti Mu’tazilah atau Jabariyah
Corona Dilihat dari Perspektif Aqidah dan Fiqih

Cara kerja penyebaran virus yang hingga 20 Maret 2020 malam telah merenggut lebih dari 10.000 jiwa di seluruh dunia ini sangat ditentukan oleh pola interaksi sosial. Sehingga salah satu cara paling efektif untuk meredamnya adalah dengan merubah pola itu sementara waktu hingga vaksin yang sedang diusahakan pembuatannya oleh para ahli benar-benar sampai di tangan kita. Atau paling tidak membiarkan masa inkubasi virus yang hanya 14 hari terlewati dengan tidak memperpanjang rantai penyebarannya di orang-orang terdekat.

Walaupun setiap carrier (si pembawa virus) tetap sehat karena memiliki imunitas tubuh yang bagus, namun sangat besar peluangnya tanpa sadar mentransfer kepada orang lain yang lebih rentan dan beresiko tinggi terinfeksi hingga menjadi penyakit paru (pneumonia) yang bisa berakibat fatal.

Pada akhirnya setiap pribadi harus menahan ego dalam situasi darurat ini untuk lebih memperhatikan kepentingan umum, dengan tujuan menghindari kerusakan yang lebih besar. Tentunya disertai ikhtiar doa memohon pertolongan kepada Tuhan yang maha kuasa agar bencana ini dapat segera  berakhir.

Penulis: Dadie W. Prasetyoadi
Editor: Taufiq Maulana

 

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »