ASWAJADEWATA.COM |
Sejak terbatasinya kegiatan-kegiatan keseharian kaum Nahdliyin dalam menjalankan amalan sesuai tradisi yang diajarkan para Muasisnya akibat wabah pandemi, belum pernah diadakan kegiatan yang melibatkan keikutsertaan ribuan jamaah.
Hingga pada hari Kamis malam (9/4) PBNU mengadakan kegiatan Doa Bersama secara daring memanfaatkan teknologi video meeting yang ditawarkan oleh aplikasi Zoom.
Aplikasi yang sedang naik daun ditengah anjuran gerakan #StayAtHome guna mencegah meluasnya penyebaran COVID-19 ini menjadi salah satu alternatif pelaksanaan kegiatan tersebut.
Mungkin didorong oleh rasa rindu melakukan silaturahmi antar sesama jama’ah, atau memanfaatkan kesempatan untuk menyimak secara langsung pesan para Kiai dan Masyayikh yang turut melakukan video conference dari berbagai wilayah Indonesia maupun dunia, terpantau sebanyak 20 ribu lebih netizen yang menyaksikan secara langsung saat acara ini disiarkan live di channel resmi Nahdlatul Ulama via Youtube malam itu.
Sekjen PBNU Helmi Faishal Zaini selaku moderator dalam acara tersebut melaporkan kepada pemirsa bahwa siaran itu diikuti oleh perwakilan PWNU dan PCINU dari 22 negara di seluruh dunia.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa organisasi yang didirikan sejak tahun 1926 oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari bersama beberapa Kiai lain di Jawa Timur ini bukanlah organisasi sembarangan. Kiprahnya selama hampir satu abad sebagai organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia yang berfokus dalam gerakan Islam moderat terbukti mampu meraih simpati mayoritas masyarakat Islam negeri ini, dan mulai menunjukkan eksistensinya dalam kontribusinya membangun perdamaian dan peradaban dunia. Ini telah banyak disampaikan oleh beberapa negara Islam sahabat.
NU yang notabene berawal dari kaum santri pedesaan saat ini telah menyebar dan diakui di seluruh dunia. Otomatis hal tersebut meruntuhkan anggapan sebagian orang bahwa kaum Nahdliyin identik dengan kuno, konservatif, dan tertinggal oleh peradaban.
Kaum Nahdliyin millenial yang saat ini banyak menempuh pendidikan akademisnya di negara-negara lain di dunia berhasil menjadi penggerak dan mewarnai revolusi industri 4.0 dalam tubuh NU, dengan dukungan penuh dari PBNU sebagai induk organisasi lewat pembentukan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) sebagai wadah di setiap negara. Semua PCINU di tiap-tiap negara itu telah terdaftar resmi di masing-masing negara dimana mereka berada sebagai bentuk legalitas.
Siaran yang diawali dengan pembacaan Ratibul Haddad dipimpin langsung Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar itu ditutup oleh doa secara bergantian oleh tiga Kiai sepuh yaitu KH Anwar Manshur dari PP Lirboyo Kediri, TGH. L.M. Turmudzi Badaruddin dari Lombok NTB, dan KH. Agoes Ali Masyhuri dari PP. Bumi Sholawat Sidoarjo. Dilanjutkan dengan beberapa penyampaian pesan dan doa beberapa ulama muda NU seperti Gus muwafiq, Gus Yusuf Khudori, Gus Nadirsyah Hosen, Ust. Yusuf Mansyur serta beberapa perwakilan PCINU.
Tak ketinggalan pula Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin turut memberi sambutan dan mengikuti jalannya doa bersama itu dari istana Wakil Presiden hingga akhir.
Penulis: Dadie W. Prasetyoadi