Friday 19th April 2024,

Modal Rasa Syukur melalui Pesan Rasulullah SAW

Modal Rasa Syukur melalui Pesan Rasulullah SAW
Share it

ASWAJADEWATA.COM – Drs. H. Saifuddin Zaini, M. Pd.I. mengatakan, “banyak yang harus disyukuri oleh manusia antara lain kondisi apapun yang diprioritaskan oleh Rasulullah saw”, melalui pesan yang disampaikan oleh beliau saat mengisi pengajian di Mushalla Al Ikhlas, Pulau Misol, Denpasar Barat (1/2).

Kemudian beliau melanjutkan bahwa orang yang bangun pagi kemudian bangun dari tidurnya menghirup udara pagi dalam keadaan aman, tidak seperti dibeberapa Negara di Timur Tengah yang masih belum bisa merasakan keamanan.

Yang kedua adalah jasadnya sehat, seperti seseorang yang mudah buang air kecil, berbeda ketika seseorang itu sakit menggunakan selang yang harus berbayar dalam kondisi sakit.

Kemudian yang ketiga, yaitu dirumahnya sudah terdapat makanan pokok yang dapat dikonsumsi sehari-hari, maka ketika bangun tidur suasana aman, badan sehat, dan tidak pusing memikirkan makanan yang mau dimakan untuk hari ini. Maka dapat berkata orang tersebut dengan ucapan dunia hari ini adalah milikku. Terang beliau yang juga Ketua Umum MUI Kota Denpasar

 

Kadang kita ini menjadi tidak bersyukur karena rezeki yang masih kurang. Kita ini kalau makan bukan berdasarkan pada kebutuhan, tapi berdasarkan keinginan. Walaupun ketika dirumah seseorang menemui makanan dimeja makan, kadang masih berkata koq sepi. Padahal ada nasi, sayur, tahu tempe.

Melanjutkan ta’limnya bahwa tidak ada lagi hak yang dituntut bagi anak Adam setelah memiliki yang berikut ini, yaitu punya rumah bisa dihuni seperti ada atap dan bisa dimasuki itu sudah cukup, hanya saja kita yang yang menyulitkan diri sendiri dengan membuat bangunan menjadi tiga lantai, menggunakan AC.

Yang kedua memiliki pakaian yang bisa menutupi auratnya, suatu ketika Rasulullah mengatkan kepada Siti Aisyah bahwa jangan sampai membuang pakaianmu. Setelah engkau jahit dua kali. Dan yang ketiga roti kering serta air itu yang mudah ditemukan pada zaman Kanjeng Nabi, bahwa inilah yang menjadi tolak ukur yang harus dimiliki berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan. (Syahrial)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »