ASWAJADEWATA.COM |
Oleh: A. Hirzan Anwari
Ngabuburit adalah aktivitas yang dilakukan saat menjelang berbuka puasa. Lumrahnya, mulai setelah waktu sholat ashar, hingga menjelang maghrib.
Di Indonesia, ngabuburit sudah menjadi tradisi yang mengurat-mengakar, khususnya di bulan Ramadhan (kemungkinan juga dilakukan bagi orang yang berpuasa di luar bulan Ramadhan). Bahkan, tak sah rasanya jika dalam satu waktu puasa tidak ngabuburit. Seperti ada yang kurang dan ganjil. Tetapi ini hanya perasaan personal saja.
Setiap daerah memiliki tradisi ngabuburit yang nyaris sama. Misalnya menikmati panorama pematang sawah, sekedar duduk santai di pinggir pantai, keliling pasar untuk berburu takjil, dan banyak lagi. Berbeda dengan di pesantren. Biasanya sore hari para santri masih mengikuti kajian kitab Ramadhan hingga menjelang maghrib.
Berbagai bentuk ekspresi ngabuburit yang dilakukan oleh masyarakat kita, merupakan bagian dari pernak-pernik bulan Ramadhan. Tak ada yang salah dalam pelaksanaannya, selama bernilai positif, dan tidak menyimpang dari tradisi setempat dan agama. Bahkan, bisa bernilai pahala jika diniatkan sebagai ibadah. Seperti yang disampaikan KH. Zuhri Zaini (Pengasuh PP. Nurul Jadid, Paiton) dalam pengajian Ramadhan yang diampunya.
“Semua aktivitas yang diniatkan ibadah, maka akan berbuah pahala,” ujarnya suatu ketika.
Betapa niat sangat menentukan terhadap nilai aktivitas manusia. Maka sangat sayang, jika selama ngabuburit, tidak diniatkan ibadah, atau niat menghindari pekerjaan-pekerjaan yang hina. Sebab, di bulan Ramadhan yang sakral ini, ganjaran pahala dan dosa menjadi berlipat-lipat.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ummi Hani’ binti Abi Thalib yang dicatat oleh Imam at-Thabari dalam kitab Majmu’ Shagir, Rasulullah Saw. bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: (إن أمتي ل يخزوا ما أقاموا شهر رمضان). قيل يا رسول الله وما خزيهم في إضاعة شهر رمضان؟ قال: (إنتهاك المحارم فيه من زنا فيه أو شرب فيه خمرا لعنه الله و من في السماوات إلى مثله من الحول فإن مات قبل أن يدركه رمضان لم تبقى له عند الله حسنة يتقى بها النار فا التقوا شهر رمضان فإن الحسنات تضاعف فيه ما لا تضاعف فيما سواه و كذلك السيئات ).
Artinya: “Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya umatku tidak akan terhina, selama mereka mendirikan bulan Ramadhan.” Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa bentuk kehinaan mereka menyia-nyiakan bulan Ramadhan?” Kemudian Rasulullah menjawab, “Pelanggaran terhadap hal-hal yang haram pada bulan Ramadhan seperti zina atau minum khamar. Allah dan para malaikat melaknat hingga tahun berikutnya. Jika ia meninggal sebelum Ramadhan berikutnya, maka ia tidak mempunyai kebaikan apa pun di sisi Allah yang bisa menyelamatkannya di neraka. Oleh sebab itu, berhati-hatilah terhadap bulan Ramadhan, karena pahala kebaikan demikian juga ganjaran kejelekan akan dilipat gandakan.” (Imam at-Thabari, al-Mu’jamu as-Shagir, juz 2, h. 16).
Untuk menghindari hal-hal hina seperti yang dimaksudkan dalam hadits di atas, ngabuburit dapat menjadi salah satu aternatifnya. Tentu, ngabuburit yang tidak melanggar koridor syari’at. Misalnya ngabuburit ke suatu destinasi wisata alam dalam rangka bertafakkur; merenungi dan mengagungkan ciptaan-ciptaan Allah Swt., agar merasa diri kita tidak ada apa-apanya. Atau mengikuti kajian-kajian Ramadhan yang ramai ditayangkan di media sosial.
Jika ditakdirkan memiliki rezeki yang lebih, alangkah lebih baiknya mengadakan ngabuburit bareng bersama sanak keluarga, lalu dilanjutkan dengan buka bersama. Kebersamaan ini dapat menambah keberkahan makanan-makanan yang dikonsumsi. Sebagaimana Nabi berbuka dengan para sahabatnya:
كان إذا أفطر عند قوم قال: أفطر عندكم الصائمون، و أكل طعامكم الأبرار، و تنزلت عليكم الملائكة
Artinya: Jika Nabi berbuka puasa bersama kaum, maka Nabi bersabda: “Orang-orang yang berpuasa telah berbuka bersama kalian, makanan kalian dikonsumsi oleh orang-orang baik dan malaikat turun kepada kalian.” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ahmad dari Anas bin Malik).