Friday 19th April 2024,

Pandemi Sebagai Proses Edukasi Kemanusiaan

Pandemi Sebagai Proses Edukasi Kemanusiaan
Share it

ASWAJADEWATA.COM | 

Oleh: Dadie W. Prasetyoadi

Memasuki tahun kedua pandemi Covid 19 di seantero bumi, jangankan mereda, dunia medis dengan seabreg ilmuwannya hingga kini masih terlihat dipusingkan dengan cara penanggulangan efektif terhadapnya. Setidaknya itu gambaran yang kita dapatkan dari berbagai pemberitaan media baik dalam negeri maupun internasional.

Penelitian dan ribuan diskusi akademik seakan-akan masih hanya berkutat disekitar pencegahan penularannya, salah satunya dengan pengembangan vaksin. Belum menyentuh tentang obat mujarab penyembuhnya.

Dari sekian rilis resmi yang dikeluarkan otoritas kesehatan dunia WHO, terungkap bahwa Covid 19 walaupun tergolong cukup berbahaya namun tingkat mortalitasnya termasuk rendah dibanding penyakit atau wabah masal yang lain. Terlihat dari kecilnya persentase tingkat kematian dari pengidapnya.

Walau demikian, dampak psikologis yang diakibatkan wabah ini jauh lebih hebat dan massive dirasakan umat manusia sejagat. Mempengaruhi pola interaksi kehidupan sosial hingga melemahkan urat nadi ekonomi global.

Perubahan nilai etika dan budaya, kebijakan politik negara, hingga sistem pendidikan masyarakat mau tidak mau harus dilakukan guna menyesuaikan kebutuhan protokol kesehatan. Belum lagi pencegahan dampak sosial lain seperti pengangguran, kriminalitas, kebingungan emosional yang bukan tidak mungkin memunculkan penyakit-penyakit lain semakin hari menjadi makin bertumpuk dan melelahkan.

Terlepas dari berbagai teori asal usul munculnya virus ini, peradaban manusia bumi saat ini tengah terguncang hebat karenanya. Entah itu menuju keruntuhan peradaban atau sebagai proses transisi siklus peralihan zaman.

Setidaknya sebagai umat yang beriman, kita tidak pernah diajarkan untuk menyerah dengan keadaan apapun termasuk musibah dan ujian dari sang Khalik. Upaya dan ikhtiar untuk mempertahankan kehidupan adalah termasuk kewajiban setiap makhluk. Tentunya tidak lupa dengan selalu belajar, melakukan introspeksi diri dan berusaha menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Kini hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita sebelum pandemi satu persatu datang tanpa kita sadari. Khususnya yang berhubungan dengan ikatan emosional antar sesama umat manusia. Empati terhadap sesama mengalami penguatan kualitas, kepedulian sosial kerap didengungkan dan dilakukan oleh semua kalangan, dari kalangan masyarakat bawah hingga atas. Ini terjadi di semua negara tanpa terkecuali. Sebuah anomali yang indah dalam tragedi peradaban manusia.

Tidakkah ini membuka mata kita semua? Bahwa memang ada yang kerap kita abaikan sebagai makhluk yang paling sempurna yang ada di muka bumi. Prilaku dan sikap kita ternyata tidak sesempurna seperti yang terlihat. Baik terhadap sesama makhluk maupun segenap alam raya ini dimana kita diberi amanah selaku Khalifah yang wajib selalu merawat dan menjaganya. Mari kita perbaiki bersama, dan nampaknya kinilah saatnya waktu yang paling tepat untuk melakukannya.

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »