ASWAJADEWATA.COM | DENPASAR
Kamis malam, (1/10) Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Safi’iyah (IKSASS) genap berusia 32 tahun. Peringatan Harlah mereka diperingati oleh anggotanya di seluruh Nusantara begitu juga di Bali. Tak heran karena santri dan alumni Pondok Pesantren yang cukup terkenal dan berlokasi di desa Sukorejo, Asembagus-Jatim itu berasal dari segala penjuru di Indonesia.
Peringatan IKSASS di Denpasar kali ini dirayakan dengan menyantuni anak yatim, pembacaan Ratibul Hadad, dan Istighotsah.
Seperti diketahui bahwa pembacaan Ratibul Hadad adalah amalan yang diamanahkan oleh para muasis Pondok Pesantren yang terkenal sebagai tempat berlangsungnya Muktamar NU tahun 1984 itu kepada setiap santri dan alumninya. Dalam Muktamar ’84 itulah dihasilkan keputusan NU kembali kepada Khittohnya.
Dalam kesempatan saat memberi sambutan, Drs. H. Makhfud, MA. sebagai sesepuh IKSASS Bali memberi motivasi dengan meyampaikan harapannya, bahwa potensi alumni hendaknya terus dapat dikembangkan dan wujudkan.
“Langkah ini demi menunjukkan bahwa santri dan alumni bisa memberi kontribusi dan berkiprah membuka network dengan di luar IKSASS,” jelasnya.
Selain itu Drs. H. Muslim Absoni selaku ketua IKSASS pertama menyampaikan tentang sejarah berdirinya IKSASS di Denpasar. Dia mengungkapkan bahwa IKSASS di Denpasar berdiri pada tahun 1999 silam.
Reportase: IKSASS Denpasar
Editor: Dadie W. Prasetyoadi