Santri Masa Depan: Menjaga Tradisi, Menjemput Transformasi

Facebook
X
WhatsApp
Telegram
Email

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Ahmad Marzuki Hasan

Santri. Kata ini menyimpan kekuatan spiritual yang tidak lekang oleh zaman. Ia bukan sekadar sebutan bagi pelajar di pondok pesantren, tetapi identitas yang melekat erat dengan tradisi keilmuan, akhlak, dan perjuangan. Dari pesantren-pesantren sederhana di kampung hingga lembaga besar yang mendunia, santri telah menjadi tiang penyangga peradaban Islam Nusantara.

Namun, seperti halnya air yang mengalir mengikuti lekuk zaman, wajah kesantrian juga terus berubah. Hari ini, santri tidak hanya duduk bersila mengkaji kitab kuning, tetapi juga mulai akrab dengan gawai, laptop, dan berbagai perangkat teknologi. Santri tidak hanya fasih membaca Alfiyah, tetapi juga mulai belajar coding, desain grafis, hingga pengelolaan media sosial untuk dakwah. Inilah wajah baru santri masa depan: yang tetap mencium tangan kiai, namun juga mampu berbicara di forum internasional.

Pesantren-pesantren pun bergerak. Banyak yang telah membuka diri terhadap inovasi dan teknologi, tanpa meninggalkan ruh keilmuannya. Lahirnya program-program seperti enterpreneurship berbasis syariah, kelas bahasa asing, dakwah digital, bahkan diplomasi santri, menunjukkan bahwa pesantren bukan entitas yang anti-perubahan. Sebaliknya, ia adalah lembaga yang lentur tapi berakar kuat. Siap menjemput tantangan zaman, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Ahlussunnah wal Jama’ah.

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah berpesan, “Pesantren adalah tempat terbaik untuk memanusiakan manusia.” Dalam semangat itu, santri masa depan tidak cukup hanya dengan ilmu, tetapi juga harus membawa nilai-nilai kemanusiaan yang lahir dari kedalaman spiritual.

Begitu pula yang sering ditekankan oleh Rais ‘Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, bahwa santri harus menjadi pelita di tengah kegelapan zaman, bukan sekadar pengikut arus. “Santri itu bukan hanya penerus tradisi, tapi juga penjaga moralitas umat,” tutur beliau dalam salah satu mauidzah hasanahnya.

Namun, dalam geliat modernisasi ini, ada satu hal yang perlu dijaga: jati diri kesantrian. Santri masa depan bukan hanya mereka yang cakap dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga yang tetap menjunjung tinggi adab, tawadhu, serta keikhlasan dalam menuntut ilmu. Jangan sampai dalam semangat digitalisasi, kita melahirkan santri yang canggih tapi kehilangan ruh spiritualitasnya.

Santri adalah sosok yang mampu menyatukan dunia dan akhirat, menggabungkan logika dan rasa, ilmu dan akhlak. Dalam tradisi pesantren, ilmu tidak akan bermanfaat tanpa adab. Maka sehebat apapun kecerdasan seorang santri, ia tidak akan sampai pada derajat hakikat jika tidak dibarengi dengan kebersihan hati dan penghormatan kepada guru.

Oleh karena itu, penting bagi pesantren untuk tidak sekadar mendidik santri menjadi cerdas, tetapi juga menjadikannya berkarakter. Karakter inilah yang menjadi modal utama santri ketika keluar dari pesantren dan berkiprah di tengah masyarakat. Apakah ia akan menjadi kiai, pendakwah, akademisi, pejabat, pengusaha, atau bahkan influencer, nilai-nilai kesantrian tetap harus menjadi kompas dalam setiap langkahnya.

Sebagaimana dikatakan KH Mustofa Bisri (Gus Mus):
“Ilmu tanpa adab ibarat api tanpa kayu, ia akan padam sebelum menyala.”
Inilah prinsip yang harus tetap menjadi nafas pesantren di era apa pun.

Kita berharap, santri masa depan akan lahir dari rahim pesantren yang terbuka terhadap perubahan, tetapi tidak goyah diterpa arus zaman. Santri yang bisa membawa Islam rahmatan lil ‘alamin ke tengah dunia global, tanpa kehilangan akar budaya dan spiritualnya. Santri yang tidak hanya mampu menjawab tantangan zaman, tetapi juga mampu menenangkan zaman dengan keteduhan akhlaknya.

Santri bukan hanya milik masa lalu. Santri adalah harapan masa depan. Dan masa depan yang cerah, hanya bisa dibangun oleh mereka yang kuat dalam ilmu, kokoh dalam iman, dan indah dalam akhlak.

diunggah oleh:

Picture of Dadie W Prasetyoadi

Dadie W Prasetyoadi

ADMIN ASWAJA DEWATA

artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »