Friday 11th October 2024,

Senandung Cinta: Pandangan Imam Al-Ghazali Tentang Musik

Senandung Cinta: Pandangan Imam Al-Ghazali Tentang Musik
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Menarik membaca tema kenikmatan mendengar dan senandung cinta (as sama’ wa Al wajdu) dalam kitab fenomenal beliau, ihya’ Ulumuddin.

Al Ghazali menolak pandangan yang mengharamkannya secara mutlak berdasar dalil dalil yg disajikan. Pada saat yang sama ia juga menolak pandangan yang membolehkan secara mutlak. Bagi Al Ghazali, pada dasarnya mendengar musik, sair, sajak, sastra tidaklah haram. Keharaman bukan terletak pada diri musik itu sendiri, melainkan terletak pada apa isinya, tujuannya dan bagaimana ia dinyanyikan.

Jika isi musik berisikan pujian pujian rindu, memberi semangat untuk hidup lebih bermakna, membeningkan, menggembirakan, meresahkan, menggelisahkan, menggelorakan, menyejukkan, mebangkitkan, menenangkan, melembutkan, melunakkan, menjinakkan, menyatukan, memanusiakan, menggetarkan hati untuk terus ibadah kepada Tuhan dan berjuang untuk kemanusiaan, maka senandung rindu dan cinta bukan hanya boleh melainkan bisa menjadi wajib.

Al Ghazali menyatakan;

من لم يحركه الربيع وأزهاره والعود وأوتاره فهو فاسد المزاح ليس له علاج

“seorang yg tidak terenyuh hatinya dengan dedaunan yang menghijau dan warna warni bunga mawar serta tidak tergetar oleh petikan petikan kecapi, maka ia telah mati rasa, tiada obat baginya”

Di kesempatan lain beliau menyatakan;

من لم يحركه السماع..فهو ناقص مائل عن الاعتدال بعيد عن الروحانية زائد فى غلظ الطبع وكثافته على الجمال والطيور بل على سائر البهائم فإن جميعها تتأثر بالنعناع الموزونة

“seorang yang tidak tergerak hatinya oleh merdu senandung cinta maka ia lemah nalarnya, tidak seimbang dan jauh dari “manusia ruhani”, bahkan ia lebih keras dan bebal dari unta dan burung burung, sebab burung burung dan unta saja terenyuh dengan nyanyian nyanyian rindu”.

Nyanyian cinta tidak hanya mampu mengelorakan rasa rindu dan cinta, melainkan ia mampu menghadirkan rahasia rahasia Tuhan yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Hati adalah wadah cinta Allah, wadah kerinduan Allah, wadah musyahadah kepada Allah. Nyanyian rindu tidak hanya menghidupkan jiwa tetapi bisa mengantarkan pada-Nya. Jika hati tidak terenyuh dengan indahnya nyanyian rindu, maka harus segera mencari guru spiritual untuk menghidupkannya, karena berarti hatinya telah mati.

Al Ghazali mengatakan;

السماع لا يجعل فى القلب ما ليس منه ولكن يحركه ما هو منه

“senandung cinta tidak mengisi hati yang kosong, melainkan menggerakkan apa yg telah ada dalam jiwa”.

Lagu Iwan Fals, Rhoma Irama, Ebiet G Ade, Ariel Noah, serta gambus pujian pada Baginda Nabi, untuk menyebut beberapa, bagi saya sangat menghibur dan menggetarkan, tinggal mengalihkan obyeknya pada sang Maha Pengasih.

Selamat memperingati Hari Raya Ied Al Adha, 2021. Semoga Allah senantiasa memberikan rasa cinta di tengah situasi cinta mulai sesama menipis.

Wallahu A’lam

Oleh: Kiai Imam Nakha’i (Dosen Ma’had Aly Situbondo)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »