Friday 19th April 2024,

Shalawat Nariyah; Manifestasi Cinta untuk Sang Baginda

Shalawat Nariyah; Manifestasi Cinta untuk Sang Baginda
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Shalawat Taziyah atau Tafrijiyah adalah shalawat dari gubahan al-Imam Abu Salim Ibrahim bin Muhammad bin Ali at-Tazi. Di Indonesia, shalawat ini dikenal dengan nama Shalawat Nariyah. Shalawat ini sangat mentradisi dalam kalangan umat Ahlusunah wal-Jamaah. Mereka menjadikannya sebagai materi khusus yang menjadi bacaan bersama dalam majelis-majelis zikir. Namun belakangan ini, kalangan Wahabi menuding bahwa shalawat khas ini merupakan shalawat bidah yang menyesatkan.

Dalam kitab Mu’jamul-Bida’, Syaikh Raid bin Shabri bin Abi ‘Ulfah –pentolan Wahabi kontemporer—berkata, bahwa Shalawat Nariyah merupakan shalawat yang mengandung muatan kesyirikan.

Salafi Wahabi beralasan; Pertama, karena dalam shalawat tersebut ada kata سَيِّدنَا. Menurutnya, redaksi itu tidak warid (datang) dari Nabi ﷺ. Padahal, meski redaksi tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi ﷺ, bukan lantas memvonis bidah dan haram pengamalannya. Karena menyisipkan kata ‘sayid’ saat membaca shalawat pernah dilakukan oleh sahabat Abdullah bin Umar. Bahwa Jika Ibnu Umar diundang untuk menikahkan, ia berkata: “Alhamdulillah, semoga Allah bershalawat kepada Sayidina Muhammad. Sungguh fulan melamar kepada kalian. Jika kalian menikahkannya maka alhamdulillah. Jika kalian menolaknya maka Maha Suci Allah” Riwayat al-Baihaqi 7/181. Dalam hal ini, Syekh Albani saja berkata: “sahih” (Irwa’ al-Ghalil, 6/221).

Bahkan dalam kitab yang bertajuk Nihâyatul-Muhtâj ilâ Syarhil-Minhâj, Syaikhul-Islam Syamsuddin Muhammad bin Abul Abbas Ahmad bin Hamzah bin Syihabuddin ar-Ramli menyampaikan keutamaan menyisipkan redaksi سَيِّدنَا ketika bershalawat. Beliau beralasan karena dalam redaksi tersebut terdapat tuntunan etika yang baik kepada Nabi ﷺ.

Kedua, karena shalawat tersebut tidak warid dari Nabi ﷺ. Mereka menambahkan, bahwa umat Islam hanya dilegalkan membaca shalawat yang diajarkan oleh Nabi ﷺ saja. Sehingga shalawat-shalawat gubahan ulama salaf macam Shalawat Nariyah ini pun oleh mereka dibidahkan dan disyirikkan. Na’udzu Billâh.

Padahal dalam hal ini, Abdullah bin Mas’ud berkata “Jika kalian bershalawat kepada Nabi ﷺ, perbaguslah redaksi shalawat kalian. Bisa jadi shalawat yang kalian susun itu sampai kepada Nabi ﷺ”. Mereka bertanya; “Wahai Abu Abdurrahman, ajarilah kami bershalawat yang baik”. Ibnu Mas’ud menjawab; Bacalah (shalawat seperti ini); “Ya Allah, jadikanlah segala shalawat, kasih sayang serta berkah-Mu kepada pemimpin para rasul, pemimpin orang-orang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad ﷺ, hamba dan utusan-Mu. Pemimpin dan penyeru kebaikan, sang pembawa kasih sayang. Ya Allah berikanlah Baginda derajat yang terpuji, yang menjadi pegangan orang terdahulu dan orang-orang kemudian”.

Setidaknya ada dua poin yang tersirat dalam perkataan Abdullah bin Mas’ud di atas. Pertama, anjuran menyusun redaksi shalawat yang baik kepada Nabi ﷺ. Beliau menganjurkan para sahabat agar memperindah bacaan shalawatnya. Kedua, beliau bahkan menggubah shalawat dan mengajarkannya kepada sahabat yang lain, padahal shalawatnya itu tidak pernah diajarkan oleh Nabi ﷺ. Maka dari dua poin ini sudah terang bahwa tradisi mengarang redaksi shalawat sudah ada sejak masa sahabat dan hal itu bukan perkara bidah.

Syaikh Ibnu-Qayyim al-Jauziyah –ulama besar panutan Wahabi—dalam kitabnya Jala’ al-Afhâm fi Shalât was-Salâm ‘alâ Khairil-Anâm, menulis tentang bolehnya menyusun bacaan shalawat kepada Nabi ﷺ. Beliau bahkan juga meriwayatkan redaksi shalawat karangan ulama salaf seperti ‘Alqamah an-Nakha’i, seorang tabiin dengan shalawatnya;

صَلىَّ اللهُ وَمَلاَئكِتُهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Juga shalawat gubahan Imam as-Syafii;

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَعَدَدَ مَا غَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُوْنَ

Oleh karena itu, mengamalkan Shalawat Nariyah adalah hal yang baik, lebih-lebih dalam kitab Afdhalus-Shalawat ‘alâ Sayidis-Sadat, Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani mengkategorikan Shalawat Nariyah sebagai shalawat yang paling utama untuk diamalkan, sebab di antara faedah yang ada, membaca shalawat ini akan memberikan manifestasi cinta untuk sang Baginda ﷺ.

Oleh: Khoiron Abdullah | Annajahsidogiri.id

 

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »