ASWAJADEWATA.COM | JEMBRANA
Tradisi ngeruwah dan muhasabah bersama dilaksanakan pada tiap bulan Sya’ban oleh masyarakat Jembrana. Baik dari rumah per rumah ataupun di pondok pesantren.
Kegiatan yang bertujuan untuk mengirimkan do’a dg membaca al-fatihah kepada para almarhum dan almarhumah keluarga, serta pembacaan istighotsah dan sya’ir tobat ini salah satunya terus dilaksanakan di pondok pesantren Manba’ul ‘Ulum sebagai pondok pesantren tertua di Bali.
Acara ini dihadiri sekitar 500 jamaah yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang datang dari berbagai kecamatan di kabupaten Jembrana ini tampak khidmat mengikuti kegiatan ini.
Kegiatan diawali dengan pembacaan al-fatihah yang dibacakan satu persatu oleh para asatidz, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil.
Kemudian saat memberi taushiyah, KH. Muhammad Zaki HAR selaku Musytasyar PWNU Bali menyampaikan, “Agama kalau hanya berlandaskan fiqih (fiqih oriented) akan kaku, namun jika dilengkapi dengan tasawwuf, maka akan luwes.”
Selain itu, dirinya juga menyampaikan bahwa sejarah dari jam’iyyah suratul ikhlas yang telah diijazahkan oleh KH. Ahmad Al Hadi bin Dahlan ini kepada para santrinya dahulu sanadnya dari KH. Idris Jamsaren.
Suasana haru terasa ketika sya’ir taubat karya Muassis pondok pesantren Manba’ul ‘Ulum dibacakan, para jama’ah menangis dan menyesali segala dosa-dosa baik kepada Tuhan dan sesama manusia.
Salah satu lirik dari sya’ir tersebut adalah, “Taubat itu ya akhowat wajib hukumnya, dari dosa ya akhowat dzohir batinnya”…dan seterusnya. Sya’ir ini membuat para jama’ah menangis.
Setelah ditutup dengan do’a lalu acara dilanjutkan dengan saling bersalaman dan bermaafan. Karena sebagai makhluk sosial, tentu memiliki kesalahan terhadap sesama.
Acara ini dilaksanakan oleh pondok pesantren Manba’ul ‘Ulum yang dalam kepanitiaannya melibatkan bapak-bapak dan ibu-ibu Pengajian PKSM (Peningkatan Kualitas Santri Manba’ul ‘Ulum) dan juga Majelis Ta’lim alumni Jabal Rahmah yang mana berasal dari masyarakat sekitar.
Melestarikan tradisi ini menjadi salah satu bagian dari fungsi sosial pondok pesantren seperti ditulis oleh Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Selain itu, muhasabah bersama ini menjadi moment menyambut bulan suci Ramadlan dengan hati yang bersih, sehingga dapat menjalankannya dengan khusyu’.
Penulis: Dr. Rohil Zilfa, M.Pd (Kaprodi PAI STIT Jembrana Bali)