ASWAJADEWATA.COM – Terdapat 56 suku di China dan mayoritas adalah suku Han, sedangkan suku Uyghur termasuk salah satunya. Namun uniknya suku Uighur dari segi wajah lebih mirip orang Turki dibandingkan orang China.
Baru-baru ini China dihujani berbagai kritik dari masyarakat dunia atas perlakuan mereka yang dianggap menindas sejumlah besar warga suku Uighur, kelompok minoritas Muslim negeri itu, antara lain dengan menahan mereka di kamp-kamp khusus.
Pada Agustus 2018, sebuah komite PBB mendapat laporan bahwa hingga satu juta warga Uyghur dan kelompok Muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang barat, dan di sana mereka menjalani apa yang disebut program ‘redukasi’, atau pendidikan ulang.
Akibat beredarnya isu-isu tersebut masyarakat pun mulai terpancing dan ikut campur dalam isu tersebut, bahkan beredar isu yang mengatakan China anti islam?
Pada kesempatan di acara Istighotsah rutin malam mingguan IPNU-IPPNU Bali Ust. Abid Hani Syagafi, B. Econ menjelaskan, “China itu bukan anti Islam, Mendapat persepsi sebagai komunis, tak beragama, nyatanya kehidupan Islam di China khusunya Tiongkok sangat marak. Bahkan, Tiongkok mempunyai salah satu masjid tertua di dunia, yakni Masjid Saad bin Abi Waqqas”. Berdiri di atas lahan seluas 5 hektare sebagai penghormatan kepada Saad bin Abi Waqqas, sahabat Nabi pembawa Islam pertama ke tanah Tiongkok, dan bisa jadi bahwa Islam di China datang lebih awal dibandingkan Islam di Indonesia.
“Jadi kita sebagai masyarakat seharusnya tidak langsung terbawa dan terpancing dengan berbagai isu-isu yang marak kini, karena perlu dikaji dan dipahami lebih dalam lagi”, ujar alumnus Ponpes Nurul Jadid yang berkesempatan mengenyam studi di Zhejiang University of Technology Hangzhou, Zhejiang Province China itu.
lalu bagaimana dengan kondisi ‘real’ mahasiswa muslim indonesia di negara china?
Di China sendiri beasiswa sangat diutamakan apalagi terhadap mahasiswa luar negaranya, contohnya saja beasiswa untuk mahasiswa disana terbilang cukup besar, mulai dari tunjangan bulanan, tunjangan kesehatan, tunjangan tempat tinggal pun bisa lebih dari 65 juta setiap tahunnya hingga ada yang mencapai 80 juta rupiah. Bahkan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping menjanjikan akan memberikan beasiswa kepada sebanyak 1.000 Mahasiswa Indonesia yang akan belajar di China. Itu menjadi salah satu bukti perhatian China terhadap para pelajar khususnya negara Indonesia.
Menanggapi pertanyaan para kader IPNU-IPPNU tentang bagaimana dengan pola presiden Xi Jinping terhadap partai komunis disana, Ustadz Syagafi yang sejak tahun 2018 menyelesaikan studinya dan kini berdomisili di Bali ini menerangkan bahwa Partai Komunis di China sudah berbeda sekarang, ditandai dengan dikeluarkannya serangkaian peraturan baru yang mengatur perilaku anggotanya. Partai juga melarang setiap anggotanya menyebarkan gosip atau rumor. Sebaliknya, kader partai ditekankan untuk setia, dispilin dan jujur.
Tak hanya itu, sejak Presiden Xi Jinping berkuasa enam tahun lalu, Partai Komunis melakukan berbagai tindakan keras, terutama dalam pemberantasan korupsi. Banyak anggota senior partai telah dipecat dan dihukum mati akibat terlibat korupsi.
“Beri saya 100 peti mati, 99 akan saya gunakan untuk mengubur para koruptor, dan 1 untuk saya kalau saya melakukan tindakan korupsi”, Itulah ucapan Zhu Rongji Perdana Mentri China yang melegenda dalam memberantas korupsi.
“Itu Jadi salah satu bukti partai komunis di China yang sudah berbeda”. lanjutnya.
Berikut pesan Ustadz Syagafi pada akhir paparannya, “Intinya sebagai warga negara yang dewasa kita tidak seharusnya terlalu ikut campur dengan urusan negara lain, karena jika itu terjadi maka urusan negara kita juga harus siap untuk dicampuri oleh negara lain”
(jun/dad)