ASWAJADEWATA.COM | SURAKARTA
Jelang pembukaan resmi pada Senin (16/1/2023), welcome dinner Pekan Olahraga dan Seni Nahdlatul Ulama (Porseni NU) digelar di Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah, Ahad malam (15/1/2023).
Acara penyambutan kontingen perwakilan PWNU se Indonesia yang akan berlaga dalam ajang ini dihadiri Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka dan dimeriahkan oleh penampilan Tari Handogo Bugis.
Tari Handogo Bugis merupakan seni tari yang menceritakan peperangan antara Raden Handogo dari Kerajaan Kediri melawan Prajurit Bugis dari Kerajaan Bantar Angin di bawah pimpinan Raja Klana Sewandana.
Tarian ini merupakan gubahan Mangkunegaran V yang kemudian diperbaharui oleh Mangkunegaran IX. Pernah juga ditampilkan di Pameran Holistic Surabaya pada 13 Januari 2022 lalu.
Aminuddin, penari yang memerankan Raden Handogo mengatakan bahwa untuk menari Handogo diperankan oleh penari yang memiliki gerak tari halus, dan mengadopsi gerak tari Jawa. Sementara untuk menari Bugis mengadopsi dari gerak-gerak pencak silat.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sriyadi yang memerankan Prajurit Bugis bahwa Tari Handogo Bugis itu mengadopsi gerak pencak silat, dan terkait format baru diganti sekitar tahun 2018.
Tari Bugis merupakan salah satu jenis tari gaya Surakarta yang termasuk dalam bentuk tari pasangan.
“Waktu itu ada FKN (Festival Keraton Nusantara) di bagian menginterpretasi ulang, jadi bentuknya jadi inovasi baru,” tuturnya.
Lebih lanjut pria yang juga merupakan Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) tersebut mengatakan bahwa Tari Handogo Bugis merupakan pesan wireng, yaitu pesan yang bertemakan keprajuritan.
“Ini juga salah satunya bentuk pesan wireng. Pesan wireng itu sebuah pesan yang bertemakan keprajuritan. Tari Handogo Bugis ditarikan oleh, 2, 3, 4 orang, yang penting bertemakan keprajuritan, bisa perempuan, bisa laki-laki, bisa laki-laki dan perempuan,” pungkasnya.
sumber: nu.or.id