ASWAJADEWATA.COM |
Oleh: Dadie W. Prasetyoadi
Berbagai kisah menarik dapat diambil dari perjalanan para kader pengurus NU Bali saat mengawali khidmatnya di organisasi. Salah satunya kisah dari Aminatun Hasanah, Ketua PAC Fatayat NU Baturiti, Tabanan.
Aminah begitu biasa dia disapa menceritakan bahwa sejak lama dirinya sebenarnya tertarik dan ingin masuk di struktural kepengurusan NU. Namun wanita yang berprofesi sebagai guru di MI Al Hidayah Candikuning itu tidak tahu memulainya darimana.
“Awalnya sangat berat, bingung mulai dari mana dan harus kemana. Hingga akhirnya ada kegiatan PKPNU 3 di Bedugul, dan saya ditawari untuk ikut. Saya dan 2 guru lainnya semangat dan langsung mau,” kenangnya.
Setelah mengikuti giat pengkaderan penggerak NU itu barulah dirinya mengerti jalannya harus kemana. Aminah lalu memulainya dengan membentuk Fatayat NU Baturiti bersama 3 kawannya yang sudah pasti mau, dilanjutkan dengan mengajak kawan-kawan lainnya.
Pada waktu itu banyak yang bingung dan tidak tau apa itu Fatayat. “Kami coba memberikan gambaran, sosialisasi dan motivasi sebelum kawan-kawan benar-benar sanggup ikut di salah satu banom wanita NU itu, tuturnya.
Setelah bergabung, mereka merancang kepengurusan dan program untuk dikerjakan. Program yang benar-benar harus bisa dilaksanakan. Program yang sesuai dengan lingkungan tempat tinggal mereka di kecamatan Baturiti.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya PAC Fatayat NU Baturiti resmi terbentuk dengan Aminah sebagai Ketua.
Sebagai Ketua dari banom yang baru pertama kali terbentuk di Baturiti itu, Aminah terus berusaha meningkatkan pemahaman dengan belajar dari Fatayat lain yang lebih dulu berjalan. Caranya lewat diskusi langsung, ngobrol, dan tak jarang juga melalui media. Lewat media pula dirinya kerap mengamati aktifitas dan gerakan mereka di masyarakat.
Aminah yang saat ini juga mendapat amanah sebagai Sekretaris Majelis Ratibul Haddad Tazkiyatun Nufus Candikuning itu mengatakan walau dirinya kerap bingung, dia berusaha untuk tetap semangat di hadapan kader anggota lainnya, untuk menjaga agar ghiroh mereka tetap terjaga dan tidak ikut bingung dan lesu.
“Kuncinya adalah tidak pernah berhenti meng upgrade diri sendiri,” ujarnya.
Saat ini hampir 6 bidang yang ada di Fatayat NU Baturiti berjalan. Minimal setiap program yang direncanakan dapat berjalan satu kali di satu tahun terakhir. Dimulai dari Rapat Kerja untuk merencanakan program dalam satu tahun, dilanjutkan dengan pelaksanaan program, kemudian mengadakan rapat evaluasi tiap 6 bulan sekali.
Menurut Aminah, keberadaan Fatayat di Baturiti yang terkenal dengan obyek wisata Bedugul itu cukup memberi pilihan kepada masyarakat untuk mau ikut siapa dan kemana.
“Karena jalan Fatayat sudah sangat jelas dan tidak ragu. Fatayat tidak hanya sekedar pengajian saja tapi lebih dari itu. Berusaha selalu memberi manfaat kepada masyarakat sekitar walau tidak semata dengan materi,” jelasnya.
Sebagai Ketua Fatayat NU Baturiti, Aminah bertekad agar Fatayat Baturiti terus selalu bisa menginspirasi masyarakat termasuk Fatayat daerah lain, sembari saling belajar satu dengan yang lain. Sehingga keberadaan Fatayat NU Baturiti akan dapat memberi makna dan warna bagi masyarakat yang ada di kecamatan Baturiti.