Friday 19th April 2024,

Potret Ideal NU Bali Sesuai Perspektif Naskah Khittoh An Nahdliyah

Potret Ideal NU Bali Sesuai Perspektif Naskah Khittoh An Nahdliyah
Share it

ASWAJADEWATA.COM |

Oleh: Hafifuddin Nur

NU sebagai sebuah ormas (organisasi masyarakat) pertama kali muncul di Bali ialah di kampung Loloan Jembrana, lalu menyebar ke berbagai desa dan kota hingga hampir keseluruh wilayah provinsi Bali.

Sebagai sebuah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, NU mempunyai sebuah pijakan yang mengatur dalam cara berpikir, bersikap dan bertindak. Salah satu pijakannya ialah naskah Khittah an-Nahdliyah, selain itu nilai-nilai yang termuat dalam isi naskah Khittah an-Nahdliyah ini juga dapat digunakan untuk mengukur potret kualitas pribadi warga Nahdliyin yang ideal.

Dari hasil analisis dan temuan penulis terhadap perilaku dan beberapa kegiatan yang diadakan warga NU Bali, dapat disimpulkan bahwa pada warga NU Bali terlihat sebuah potret pribadi NU ideal sesuai dengan isi naskah Khittah an-Nahdliyah. Mari kita kupas bersama….

Naskah Khittah an-Nahdliyah merupakan bahasan yang dihasilkan dari hasil musyawarah (keputusan muktamar) an-Nahdliyah ke-27 di Situbondo. Naskah Khittah an-Nahdliyah mengajarkan tentang empat nilai kepribadian yang penting dan perlu dimiliki oleh segenap warga NU, dan keempat nilai tersebut sudah ditunjukkan dan dilakukan oleh warga NU Bali.

Pertama: nilai Tawassuth yang bermakna tengah-tengah, Sikap ini dapat dipahami sebagai sikap yang menempatkan diri pada pertengahan antara dua ujung tatharruf (ekstrem) dalam berbagai persoalan dan kondisi untuk mencapai kebenaran serta menghindari keterlanjutan ke kiri atau ke kanan secara berlebihan. Dalam naskah Khittah an-Nahdliyah dijelaskan sebagai berikut:

Sikap tengah yang bercirikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus tengah-tengah dalam kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (Naskah Khittah an-Nahdliyah, tahun 1984).

Sikap moderat selalu berlaku adil, tidak mudah menyalah-nyalahkan orang lain, tidak ekstrem kanan atau kiri sudah dilakukan oleh warga NU Bali. Mereka sudah terbiasa hidup ditengah perbedaan. Hal ini tampak jelas dari berbagai aktivitas dan struktur bangunan yang sangat multikultur, namun warga NU Bali mampu memposisikan diri sebagai pribadi yang moderat.

Salah satu buktinya, di kawasan Puja Mandala Nusa Dua, Bali. Dimana di dalam kawasan ini terdapat lima tempat ibadah yang berdampingan. Warga Nahdlatul Ulama yang hidup disana mampu berperilaku moderat dengan cara tidak pernah menghakimi orang lain yang berbeda agama, bahkan mereka selalu siap membantu orang lain yang berbeda agama selama tidak berkenaan dengan masalah aqidah.

Sikap moderat dan tidak mudah menghakimi di kawasan Puja Mandala oleh Nahdlatul Ulama juga ditunjukkan kepada sesama agama Islam terbukti saat melaksanakan shalat Subuh ketika imamnya yang kebetulan seorang Muhammadiyah sehingga tidak membaca doa qunut, orang-orang NU yang kebetulan menjadi makmum tidak pernah melakukan protes apalagi sampai menyesat-nyesatkan imamnya (Wawancara Dengan Takmir Masjid Ibnu Batuta nusa Dua Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali tahun 2022).

Kedua, nilai Tasamuh yang bermakna toleran. Toleran merupakan sikap lapang dada, mengerti dan menghargai sikap, pendirian, dan kepentingan pihak lainnya, tanpa mengorbankan pendirian dan harga diri.

Dalam naskah Khittah an-Nahdliyah sendiri dijelaskan tentang sikap toleran sebagai berikut:

“Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama dalam hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan”(Naskah Khittah an-Nahdliyah tahun 1984).

Sikap toleransi sangat lekat dengan masyarakat Bali. Terlihat jelas dari struktur bangunan yang menunjukkan sebuah kebhinekaan dan keharmonisan. Selain Puja Mandala ada juga bangunan seperti pura langgar, Pura Mekah yang menunjukkan keharmonisan hubungan antara umat Islam dan Hindu di Bali. Warga NU yang hidup di Bali juga menunjukkan sikap toleransi yang baik terhadap orang lain walaupun mereka berbeda agama, salah satu buktinya terlihat dari keikutsertaan masyarakat NU Bali dalam menertibkan keamanan dan kelancaran kegiatan perayaan hari raya agama lain. Saat hari raya Nyepi misalnya, seluruh warga termasuk warga NU akan berkomitmen untuk tidak menjalankan aktivitas yang dapat mengusik ketenangan umat hindu dalam beribadah.

Ketiga, nilai Tawazun, yang bermakna keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Tawazun adalah menjaga keseimbangan dengan cara memperhatikan dan memperhitungkan beberapa faktor serta berusaha memadukannya secara proposional. Dalam naskah Khittah an-Nahdliyah dijelaskan sebagai berikut :
Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyertakan khidmah kepada Allah SWT, khidmah kepada sesama manusia serta kepada lingkungan hidupnya menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini, dan masa mendatang”(Naskah Khittah an-Nahdliyah, tahun 1984).

Potret sikap tasamuh terlihat dari beberapa kegiatan yang dilakukan warga NU Bali, seperti pembangunan pesantren yang mulai menjamur di wilayah Bali khususnya daerah Jembrana, selain itu banyak juga kajian-kajian keislaman seperti pengajian, diskusi dan kajian kitab kuning yang mulai banyak dilakukan dan disebarkan di media sosial. Beberapa kegiatan tersebut tentunya memperhatikan aspek keseimbangan yaitu selain berkaitan dengan khidmah kepada Allah SWT (manfaat akhirat) juga khidmah kepada manusia (manfaat dunia /sosial).

Keempat, nilai I’tidal, yang bermakna keadilan, tegak lurus, serta tidak berpihak kecuali kepada yang benar dan harus dibela. Dalam naskah Khittah an-Nahdliyah dijelaskan sebagai berikut :

“Sikap menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Nahdlatul ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus”(Naskah Khittah an-Nahdliyah, tahun 1984).

Potret sikap adil, tegak lurus dan berpihak kepada yang benar ditunjukkan oleh warga NU Bali, bahkan sikap ini sudah tampak sejak awal mula NU muncul pertama kali di Bali.

Menurut sejarahnya, NU muncul di Bali mirip dengan kemunculan NU di Indonesia yaitu sebagai wadah persatuan yang dapat mengamankan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah dari rongrongan serangan puritanisme dan fanatisme wahabi yang tidak sesuai dengan kondisi budaya yang ada di Bali. Sikap ini menunjukkan sebuah sikap adil dan tegak lurus dalam membela kebenaran demi menghindari kemungkaran.

Empat nilai kepribadian yang termuat dalam naskah Khittah an-Nahdliyah dan sudah dilakukan warga NU Bali ini sangat perlu dimiliki dan diinternalisasikan kepada seluruh warga Nahdliyin agar membentuk generasi NU ideal dalam setiap masanya.

(Penulis adalah Dosen Universitas Ibrahimy Situbondo dan telah menulis buku “Menjadi Pribadi NU yang Ideal”)

Like this Article? Share it!

Leave A Response

Translate »